Bandung (ANTARA) - Perguruan tinggi yang didirikan lady rocker Indonesia Nicky Astria yakni Sekolah Tinggi Ilmu Musik Bandung (STiMB) bertransformasi menjadi kampus digital yang ditandai dengan perpindahan lokasi gedung kampus dari Kawasan Lamping Setiabudi ke Jalan PHH Mustofa Kota Bandung, Jawa Barat.
"Perpindahan Gedung STiMB ini sekaligus menandai transformasi kampusnya musisi ini menjadi kampus digital. Gedung baru ini akan direnovasi sehingga mendukung proses digitalisasi dari sisi pembelajaran, maupun output akademi," kata Nicky Astria, di Kota Bandung, Jumat.
Menurut Nicky, perubahan orientasi menjadi kampus digital merupakan tuntutan zaman dan STiMB ingin menghasilkan lulusan yang sudah siap secara kemampuan musik didukung oleh pengetahuan soal digitalisasi, di antaranya pengolahan musik, hak intelektual, moneytize platform musik.
"Saat ini, digitalisasi sudah menjadi tuntutan zaman. Semenjak berdiri 2001, kita sudah hasilkan lulusan yang memiliki kompetensi tidak hanya bermusik, tapi bisa mengetahui hak dan kewajibannya," kata Nicky.
Menurut Nicky, STiMB sejak awal ingin membantu para calon musisi untuk mengetahui cara mencari uang dan saat ini dengan teknologi yang semakin berkembang, masih banyak musisi yang kesulitan untuk menciptakan uang.
"Jadi para calon musisi ini kebanyakan tidak tahu hak dan kewajibannya. Sehingga akhirnya karya hanya tinggal karya, tanpa ada keuntungan yang didapatnya. Padahal karyanya tersebut merupakan kekayaan intelektual yang nilainya sering tak terhingga," kata dia.
Penyanyi yang terkenal lewat lagu "Jarum Neraka" ini mengatakan, di era digital ini banyak bermunculan berbagai platform yang dapat dijadikan ruang ekspresi menghasilkan keuntungan ekonomi bagi musisi.
"Mahasiswa di STiMB tak cuma belajar soal musik, tapi dibekali juga dengan regulasi dalam industri musik, khususnya yang terkait dengan kekayaan intelektual. Di era revolusi industri 4.0, kami siapkan lulusan STiMB agar mampu menguasai teknologi dan digital market," katanya.
Nicky Astria menuturkan, dalam bermusik tidak cukup mengandalkan bakat untuk bisa sukses dan di era Revolusi Industri 4.0 saat ini, pemusik membutuhkan proses pembelajaran akademis juga.
"Jika otodidak maka akan melalui proses panjang. Tapi kalau belajar secara akademis, mereka akan dibekali berbagai kemampuan untuk menghadapi era 4.0 ini," kata dia.