Bantul (ANTARA) - Komunitas masyarakat Dusun Kanggotan, Desa Pleret, Kecamatan Pleret, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta mencanangkan Kampung Bijak Sampah dengan sistem pengolahan sampah berbasis teknologi hijau atau ramah lingkungan.
Pengasuh Kampung Bijak Sampah, Nur Subiyantoro disela pencanangan di Pleret, Bantul, Kamis, mengatakan untuk mengatasi permasalahan sampah, tidak bisa hanya dengan regulasi, atau edaran pemerintah kepada lurah agar sampah tersebut harus selesai di tingkat desa, atau tingkat bawah.
"Akhirnya kita bersama komunitas mencoba pengolahan sampah dengan teknologi luar biasa, karena teknologi ini non-polutan. Ada beberapa teknologi pengolahan dengan sistem pembakaran, tapi muncul masalah baru ketika ada karbondioksida ke udara, ini tidak ada pembakaran, tapi bisa menghasilkan produk luar biasa," katanya.
Dia mengatakan, dengan pengolahan sampah berbasis teknologi hijau ini, selain tidak menimbulkan polusi yang mengganggu kesehatan, produk yang dihasilkan bisa menjadi barang bernilai ekonomis, misal untuk pemecah ombak, bantalan rel kereta, bahkan bisa dibikin untuk relief.
"Keunggulan di situ, hanya yang jadi masalah kenapa saya bikin kampung bijak sampah adalah budaya masyarakat untuk mengumpulkan sampah, kita punya teknologinya, tapi bahan kadang kurang, karena masyarakat tidak mengelompokkan, tidak meminggirkan plastik-plastik itu untuk dikumpulkan. Ini PR kita," katanya.
Dia mengatakan, kegiatan pengolahan sampah berbasis teknologi hijau bersama dengan komunitas di kampungnya dimulai pada 2019, namun awalnya dilakukan uji coba beberapa kali dan gagal, tapi akhirnya bisa mendapatkan hasil seperti sekarang ini.
"Untuk sementara kita belum menjual produk, karena kita lebih menekankan agar budaya bijak sampah ini yang harus ditegakkan, masyarakat harus melakukan bersama dan menjadikan budaya, ketika itu sudah membudaya, maka persoalan sampah tuntas," katanya.
Sementara itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Bantul Ari Budi Nugroho dalam sambutannya mengapresiasi kegiatan pencanangan Kampung Bijak Sampah Berbasis Teknologi Hijau tersebut, karena bisa menjadi upaya-upaya langkah-langkah dan terobosan dalam mengatasi persoalan sampah di desa.
"Sampah ini kelihatannya sepele, sampah itu barang yang tidak berharga, tetapi ini menyusahkan kita semua kalau kita tidak tahu cara untuk menyelesaikannya. Ini salah satu temuan, salah satu inovasi untuk menyelesaikan permasalahan sampah khususnya sampah anorganik," katanya.
Ia mengatakan, sampah rumah tangga akan menjadi masalah kalau kita semua tidak mulai menyelesaikannya dari sumber sampah, apalagi setiap hari masyarakat atau rumah tangga menghasilkan sampah.
"Bantul dengan jumlah penduduk hampir satu juta jiwa dari potensi sampah yang ditimbulkan itu lebih dari 300 ton sampah per hari, kalau itu tidak dikelola ya nanti akan mencemari lingkungan, ada yang dibuang di saluran, sungai, pinggir jalan, bahkan ada yang dibuang di laut dan sebagainya," katanya.
Berita Lainnya
Pemkab Bantul siap bantu Kota Yogyakarta dalam pengelolaan sampah
Senin, 20 Mei 2024 14:20 Wib
Bantul-Kota Yogyakarta sepakati olah sampah bersama di ITF Bawuran
Jumat, 17 Mei 2024 20:50 Wib
Pembuang sampah liar di Sleman divonis denda Rp1 juta
Rabu, 15 Mei 2024 19:59 Wib
Bantul memberi sanksi sosial bagi pelaku pembuang sampah di Selopamioro
Senin, 13 Mei 2024 13:30 Wib
Pemkab Bantul mengerahkan dua truk evakuasi tumpukan sampah di Selopamioro
Sabtu, 11 Mei 2024 18:27 Wib
DLH Sleman memasang sejumlah CCTV awasi pembuang sampah liar
Sabtu, 11 Mei 2024 12:38 Wib
Gunungkidul terbitkan instruksi penanganan sampah
Kamis, 9 Mei 2024 20:27 Wib
Sri Sultan HB X optimistis kabupaten/kota mampu kelola sampah mandiri
Rabu, 8 Mei 2024 0:05 Wib