New York (ANTARA) - Harga minyak kembali merosot ke level terendah sejak akhir Maret pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), terseret lebih rendah oleh kekhawatiran kemungkinan resesi dapat mengurangi permintaan bahan bakar dan setelah kenaikan persediaan bensin di AS.
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Mei kehilangan 1,87 dolar AS atau 2,36 persen, menjadi menetap di 77,29 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange. Minyak mentah Brent untuk pengiriman Juni turun 2,02 dolar AS atau 2,43 persen, menjadi ditutup di 81,10 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.
Inti dari malaise yang baru ditemukan pasar adalah ekspektasi kenaikan suku bunga yang melemahkan pertumbuhan di kedua sisi Atlantik, kata catatan penelitian oleh PVM Oil Associates pada Kamis (20/4/2023).
"Pada akhirnya, salah satu alasan utama mengapa kita terpuruk adalah ketakutan akan resesi," kata Bob Yawger, direktur eksekutif energi berjangka di Mizuho.
Jumlah orang Amerika yang mengajukan klaim baru untuk tunjangan pengangguran meningkat secara moderat minggu lalu, menunjukkan pasar tenaga kerja melambat setelah satu tahun kenaikan suku bunga oleh Federal Reserve AS, dan memicu kekhawatiran tentang perlambatan permintaan bahan bakar.
Persediaan bensin melonjak secara tak terduga minggu lalu sebesar 1,3 juta barel menjadi 223,5 juta barel, Badan Informasi Energi AS mengatakan dalam laporannya pada Rabu (19/4/2023).
Tercatat bahwa harga berjangka minyak mentah WTI dan Brent sekarang dalam koreksi besar-besaran menyerahkan semua keuntungan mereka dari pengurangan produksi terbaru oleh Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan mitranya.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Minyak jatuh terseret kekhawatiran resesi, membengkaknya stok BBM AS