Jakarta (ANTARA) - Rintik hujan mulai turun. Saat itu, semburat jingga mentari telah lama menghilang, berganti gelap berawan mendung yang menyelimuti langit ibu kota. Sejumlah anak remaja berlarian kecil menyeberangi jalan, seraya menghindari genangan agar sepatu bersol karet warna putih mereka tak terkena percikan air. Tak sedikit pun mereka berupaya melepaskan semacam brosur tipis yang menaungi kepala untuk membendung tetesan air hujan.
"Kita ke arah mana, nih?" tanya seorang perempuan remaja kepada seorang temannya yang memiliki rambut tergerai panjang, nyaris identik seperti dirinya. Hanya, temannya itu berjenis kelamin laki-laki.
"Yaaa aku kurang paham. Dulu pernah ke sini, tapi nggak lewat jalan ini," jawab si lelaki gondrong melepaskan pandangan ke segala penjuru mata angin.
Keduanya sibuk kasak-kusuk dengan logat khas Jawa Timur. Di belakang mereka, sayup-sayup terdengar dentuman bass bertempo cepat yang merambat di udara, ditingkahi tamparan suara kendang dan alunan seruling nan merdu. Keduanya tahu persis bahwa sumber suara-suara itulah yang mesti mereka tuju.
Sementara sepasang orang itu berdiskusi mengenai arah mata angin mana yang mesti mereka telusuri, beberapa orang dari kelompok kecil remaja itu asyik mengabadikan momentum berbekal ponsel pintar untuk melakukan swafoto. Sementara yang lainnya, terlihat tengah menjelajahi layanan internet untuk mencari tahu perihal tujuan yang ingin mereka datangi.
"Ini banyak sekali acara ya di sini? Pusing kepala aku. Ayo, kita tanya saja ke mas-mas security di sana," usul salah seorang dari mereka yang kemudian diamini oleh anggota kelompok dalam bentuk nyata: kembali berlarian sambil berteriak-teriak kecil, menembus rintik hujan di ibu kota.
Kelompok kecil remaja itu menghilang dalam keremangan malam di sebuah sudut bangunan. Sementara di satu sudut bangunan lainnya yang berjarak sekitar dua ratusan meter dari situ, seorang lelaki siap menorehkan dan membagi catatan selama tiga puluh tahun kehidupannya. Lelaki itu --yang juga berasal dari Jawa Timur, tepatnya Madiun, telah mengarungi manis getir kehidupan bersama salah satu grup band rock terbesar Tanah Air dan menorehkan tinta emas namanya dalam jagat musik.
Perayaan tiga dekade
Tirai hitam berukuran besar masih menutupi salah satu sisi panggung. Meski lampu panggung dalam keadaan tidak aktif, namun dari balik tirai tersebut, siapa pun bisa menangkap siluet gerakan orang -orang yang hilir mudik, sibuk membenamkan diri pada tugas utama mereka, malam itu.
Beberapa pemain musik yang sudah bersiap di atas panggung, kemudian memainkan sejumlah nomor instrumental secara beriringan dari satu lagu ke lagu berikutnya. Hal itu tentu saja menarik perhatian massa yang menyemut di setiap sisi bangunan bernama Tennis Indoor Senayan, Jakarta.
Perhatian penonton lantas meledak menjadi bentuk teriakan massal, ketika seseorang yang mengenakan setelan jas hitam bermotif garis lurus vertikal, serta memakai kacamata berbingkai tebal yang menjadi ciri khasnya, menyelinap keluar dari balik tirai hitam.
"Selamat malam, Jakarta. Are you ready?" sapanya sambil menggenggam microphone.
Teriakan massa lagi-lagi membahana. Pantulan suara demi suara itu ditujukan ke satu sosok sentral di tengah panggung: Ari Bernardus Lasso atau lebih populer dengan penggalan nama Ari Lasso. Momentum itu merupakan malam yang istimewa bagi sang penyanyi yang telah berkiprah selama tiga puluh tahun alias tiga dekade dalam industri hiburan Tanah Air. Tumbuh besar bersama band rock DEWA 19 pada era 90-an, Ari kemudian mundur dari band yang membesarkan namanya itu dan memutuskan untuk bersolo karier.
Mencecap segala manis getir dalam karier bermusik dan kehidupan pribadi, Ari lantas merasa perlu untuk berbagi kisah sekaligus berterima kasih kepada semua orang yang telah mengapresiasi karya-karyanya selama ini, melalui sebuah gelaran bertajuk "Konser Selebrasi Tiga Dekade Perjalanan Cinta Ari Lasso".
Sebelum menggelar konser di Jakarta, Ari telah tuntas memuaskan dahaga para penikmat karyanya yang kerap disebut sebagai GoodFelass di tiga lokasi kota lain, yaitu Edutorium UMS Solo, The Westin Surabaya, dan Graha Cakrawala Malang. Di kota penutup rangkaian konser, yaitu Jakarta kali ini, penyanyi kelahiran 17 Januari 1973 itu tentu ingin meninggalkan memori manis, tak hanya bagi GoodFelass, melainkan juga untuk dirinya sendiri.
Parade lagu romantis
Naik ke atas panggung sekitar pukul 20:45 WIB, Ari Lasso membuka penampilan lewat lagu "Arti Cinta", "Cukup Siti Nurbaya", dan "Penjaga Hati".
Sejurus kemudian, para penonton pun segera mengayunkan kedua tangan mereka ke udara untuk mengikuti ketukan lagu. Malam itu, Ari sukses membius lautan massa di Tennis Indoor Senayan Jakarta dengan lagu-lagu romantis, terkadang patah hati, dan tak sedikit pula bertemakan perjuangan mengejar mimpi.
Penuh humor
Di setiap jeda lagu, gelak tawa selalu hadir kala Ari mencoba untuk menimpali ocehan atau gerak-gerik penonton. Salah satunya ketika salah seorang penonton dengan amat lantang meneriakkan bahasa Korea "saranghaeyo" yang bermakna "aku cinta kamu".
"Lagi? Jangan yaa. Dibuka? Apanya? Celana? Wah, nggak bener Mbak-nya, nih," kelakar Ari yang mengundang tawa penonton. Di atas panggung, Ari juga tak segan berkelakar, bahkan melontarkan lelucon-lelucon bernada sindiran halus, misalnya terkait kostum penampil istimewa dalam rangkaian konser tersebut, yaitu Mulan Jameela yang diakui sebagai salah satu sahabat terbaiknya. Salah satunya adegan tersebut terekam dalam dialog berikut ini:
Ari: "Mulan, di kota pertama kamu pakai baju bulu-bulu yang katanya dari rambutnya Mas Dhani, sehingga Mas Dhani sekarang jadi botak. Sekarang ini, kamu pakai prentil-prentil dari bahan apa ini?"
Mulan: (memegang pernak-pernik hiasan di atas kepalanya) "Ini apanya Mas Dhani, ya?"
Ari: (tersenyum) "Tuh, dia yang mancing-mancing."
Mulan: (menjelaskan tema kostum) "Ini mawar, nggak berduri."
Ari: "Setiap mawar pasti berduri. Jadi, di balik setiap keindahan, pasti ada perih."
Mulan: "Seperti kita berdua, kah?"
Ari: "Apa lagi maksudnya?"
Mulan: "Loh?"
Ari: "Loh, Nggak bahaya, tah?" Ari kemudian mengingatkan Mulan untuk tak lupa menyapa Menteri Pertahanan Prabowo Subianto dan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi yang malam itu turut hadir sebagai tamu istimewa.
Ari: "Eh, ada Pak Prabowo, disapa dulu."
Mulan: "Masya Allah, sebuah kebanggaan saya sebagai anak buah. Bapak, I Love You."
Ari: "Di sini ada Pak Budi juga. Pokoknya, semua yang hadir di sini malam ini sangat istimewa.
Ari kemudian bercerita kepada Mulan bahwa lagu yang akan mereka bawakan bersama selanjutnya, berkisah tentang mantan kekasih.
Ari: "Intinya, kalau sudah bersama seseorang, apalagi kalau belasan tahun, jangan bahas-bahas lagi nama mantan. Itu adalah inti cerita lagu ini, saya tidak bermaksud apa-apa.
Mulan: (kebingungan) "Kamu kan memang nggak punya mantan."
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Menapaki tiga dekade ruang waktu bersama solois karismatik nan humoris
Berita Lainnya
Ari Lasso tampil penuh jenaka
Minggu, 9 Juli 2023 5:27 Wib
Menhan dan Menhub nikmati konser Ari Lasso
Minggu, 9 Juli 2023 5:16 Wib
Ari Lasso jaga hati 30 tahun
Minggu, 18 Juni 2023 13:20 Wib
Fans dibuat kagum Ari Lasso
Minggu, 11 Juni 2023 15:17 Wib
DEWA 19-Ari Lasso bakal kembali hadirkan album "Bintang Lima"
Selasa, 9 Mei 2023 12:19 Wib
Ari Lasso siap konser tunggal di empat kota
Selasa, 9 Mei 2023 6:45 Wib
Ini honor Ari Lasso awal berkarier di DEWA 19
Selasa, 9 Mei 2023 6:43 Wib
Andre Taulany bikin kejutan Dewa 19
Minggu, 5 Februari 2023 6:06 Wib