Bakpia Jogkem sediakan "open kitchen" bagi konsumen

id bakpia jogkem,bakpia

Bakpia Jogkem sediakan "open kitchen" bagi konsumen

Proses pembuatan Bakpia Jogkem (ANTARA/HO-Jogkem)

Yogyakarta (ANTARA) - Bakpia Jogkem menyediakan "open kitchen" di setiap outletnya sehingga konsumen dapat melihat langsung proses pembuatan bakpia yang memiliki ciri khas tersendiri yang membedakannya dari bakpia lain.

"Keunikan Bakpia Jogkem terletak pada kelembutan isi, balutan kulit yang tipis dan tidak mudah rontok, serta penggunaan kacang hijau yang sudah dikelupas," kata "owner" Bakpia Jogkem Arya Ariyanto di Yogyakarta, Sabtu.

Menurut Arya, proses pembuatan Bakpia Jogkem melalui beberapa tahap, mulai dari direbus, ditiriskan, dikukus dengan api, digiling tanpa api, di-mixer dengan api, dan akhirnya di-oven untuk mematangkan kulitnya.

Bakpia Jogkem juga memiliki berbagai varian rasa yang mengikuti perkembangan zaman. Selain rasa original kacang hijau, juga ada varian kumbu hitam, coklat, keju, cappuccino, green tea, tiramisu, susu, dan rasa buah-buahan.

"Resep bakpia yang dimodifikasi dengan rasa yang tidak terlalu manis membuat Bakpia Jogkem digemari oleh banyak kalangan," kata suami dari Utami Widiaputranti dan ayah lima anak itu.

Arya menyebutkan ada 4 titik pusat oleh-oleh Bakpia Jogkem, yaitu di Jalan Ireda, Jalan Gedongkuning, Alun-Alun Kidul (Alkid), dan Jalan Mangkuyudan.

"Selain dijual di toko-toko, Bakpia Jogkem juga dipasarkan di beberapa marketplace. Karena tidak tahan lama, pengiriman dilakukan dengan paket cepat agar produk sampai ke pembeli dalam kondisi terbaik," kata lulusan Poltek Akademi Pariwisata Indonesia itu.

Dalam menjalankan bisnis, Arya menekankan pentingnya tiga unsur, yakni modal, tempat, dan kemampuan manajemen. Berdasarkan pengalamannya yang pernah gagal dalam beberapa usaha, Arya kini lebih berhati-hati. Menurut dia, kemitraan harus bersifat mutual dengan kesepakatan untuk berbagi pekerjaan, hasil, dan transparansi.

Arya percaya bahwa usaha harus multifrekuensi, tidak hanya terfokus pada satu bidang. Jika satu bidang terkena dampak, bidang lain masih bisa menopang. Misalnya, selama pandemi, usaha kuliner mungkin sepi, tetapi bidang lain seperti pendidikan, teknologi, dan pertambangan masih bisa berjalan.

Kunci sukses Arya adalah prinsip ATM, yaitu Amati, Tiru, dan Modifikasi. Arya juga menekankan pentingnya menghindari permusuhan dalam kemitraan. Ia mengakui bahwa kegagalan adalah bagian dari risiko bisnis dan pernah mengalaminya.

"Tantangan dalam bisnis bisa menghadirkan kebanggaan jika berhasil, tetapi juga malu jika gagal. Namun, yang paling penting adalah berbagi keberhasilan dan tetap menjadi orang baik," tutur Arya.

Menurut dia, usaha yang baik adalah usaha yang dijalankan. Kegagalan yang sesungguhnya adalah yang tidak pernah dicoba. "Misalnya, kalau saya nggak mencoba membuat bakpia, pasti saya juga gagal punya usaha bakpia. Simpelnya begitu," kata Arya. 

Terjun ke dunia bisnis sudah menjadi jalan hidupnya. Pria kelahiran Ngraho, Bojonegoro, Jawa Timur, tahun 1975 itu sekarang sukses membangun bisnis oleh-oleh di Yogyakarta. Saat ini Jogkem Grup memiliki empat outlet oleh-oleh Bakpia, dua resto, serta satu usaha mini market.

Ada juga unit Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Keterampilan (LP2K) Perhotelan Sun Marino Indonesia, lembaga yang mendidik anak muda untuk bekerja di hotel maupun menjadi kru kapal pesiar. 

Bakat berbisnis Arya tak jauh dari apa yang telah ditekuni ibunya sedari ia masih kanak-kanak. Kenang Arya, sejak bapaknya meninggal, ibunya mampu menghidupi serta menyekolahkan anak-anaknya dari hasil usaha kuliner pecel lele. Berharap yang terbaik, ibu Arya ingin sekali melihat anak-anaknya bisa menjadi pegawai atau PNS.

Namun, Arya memiliki cita-cita lain, yakni memiliki usaha. Sebab Arya yakin, setinggi-tingginya jabatan seorang pegawai, tetap saja milik orang lain, berbeda jika usaha itu miliknya sendiri.

Setelah lulus dari Poltek Akademi Pariwisata Indonesia, Arya mengajar di beberapa tempat, baik di SMK Pariwisata maupun akademi pariwisata almamaternya. Karena keinginannya bisa keliling dunia sekaligus memperluas wawasan, beberapa tahun kemudian Arya bekerja di sebuah kapal pesiar.

Selama meniti karier sebagai pegawai di kapal pesiar, gaji yang diperolehnya terhitung cukup besar. Namun, merasa tak ingin jauh dari keluarga, Arya memutuskan tidak kembali berlayar dan bekerja pada salah satu pusat oleh-oleh.

Tiga tahun bekerja, Arya merasa cukup mempunyai bekal pengetahuan tentang produksi bakpia dan pusat oleh-oleh. Bersama temannya, Arya membuka usaha sendiri, yang menjadi cikal bakal Bakpia Jogkem dan Jogkem Grup.