Yogyakarta (ANTARA) - Dosen Departemen Gizi Kesehatan Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FKKMK) Universitas Gadjah Mada (UGM) Toto Sudargo mengatakan program makan bergizi gratis (MBG) berpotensi besar meningkatkan kemampuan fungsi kognitif siswa jika dikelola dengan baik.
"Konsumsi makanan bergizi, seperti protein dari telur, sangat penting untuk mendukung perkembangan otak," ujar Toto dalam keterangannya di Yogyakarta, Sabtu.
Penyajian MBG, kata dia, perlu diimbangi dengan pengolahan gizi dari menu makanan. "Penyajiannya juga harus diperhatikan agar anak-anak tertarik untuk mengonsumsinya," katanya.
Dia mencontohkan, menu telur yang diolah dengan baik, seperti dadar atau orak-arik, akan memberikan manfaat lebih karena tambahan kalorinya.
Oleh karena itu ia menekankan kualitas gizi makanan lebih diutamakan daripada kuantitas makanan saja.
"Yang penting anak-anak mau makan dan makanan tidak terbuang. Jangan sampai makanan hanya diacak-acak dan menjadi sampah," kata dia.
Toto menilai program MBG adalah investasi jangka panjang yang memerlukan komitmen berkelanjutan dari berbagai pihak.
Dia pun mengingatkan bahwa keberhasilan program serupa di India ini baru terlihat setelah berjalan lebih dari satu dekade.
"Program ini harus berjalan terus-menerus dan tidak boleh berhenti hanya karena berganti pemerintahan. Jika konsisten, Indonesia bisa mencapai hasil yang signifikan, baik dalam hal kesehatan, kemampuan, maupun prestasi generasi mendatang," tuturnya.
Sementara itu, Dosen Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian UGM Prof Subejo menekankan pentingnya memanfaatkan bahan pangan lokal dalam pelaksanaan program MBG.
Subejo mengatakan ketergantungan pada bahan impor seperti gandum menjadi tantangan besar yang harus segera diatasi.
"Indonesia memiliki banyak sumber karbohidrat lokal seperti singkong, jagung, dan sagu. Jika bahan-bahan ini dimanfaatkan, kita tidak hanya mendukung ketahanan pangan tetapi juga memberdayakan petani lokal," katanya.
Menurut Subejo, jika masyarakat desa diberi otoritas untuk mengelola dana dan menyusun menu berbasis bahan lokal, distribusi akan lebih efisien dan dekat dengan kebutuhan masyarakat setempat.
"Mekanisme ini juga dapat mengurangi risiko makanan basi karena perjalanan distribusi yang terlalu jauh," ujar Subejo.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Dosen FKKMK UGM: MBG berpeluang tingkatkan fungsi kognitif siswa