Jakarta (ANTARA) - Kabar duka datang dari Vatikan. Paus Fransiskus, pemimpin tertinggi Gereja Katolik, menghembuskan napas terakhirnya pada Senin (21/4) di usia 88 tahun.
Wafatnya berlangsung hanya sehari setelah ia menyapa ribuan umat di Lapangan Santo Petrus dalam perayaan Paskah, yang menjadi penampilan publik terakhirnya.
Salah satu kalimat paling menyentuh yang diucapkan Paus sebelum wafat adalah ucapan terima kasih kepada perawat pribadinya, Massimiliano Strappetti.
“Terima kasih telah membawaku kembali ke Lapangan,” kata Fransiskus, seperti dikutip dari Vatican News.
Strappetti adalah sosok penting dalam tahun-tahun terakhir hidup Paus. Dialah yang menyarankan operasi besar pada 2021 yang kemudian dianggap menyelamatkan nyawa sang Paus.
Sejak 2022, ia resmi menjadi perawat pribadi Paus Fransiskus, dan tak pernah jauh dari sisinya, termasuk selama perawatan intensif 38 hari di Rumah Sakit Gemelli, Roma, serta masa pemulihan di kediaman Casa Santa Marta.
Baca juga: Presiden Prabowo utus Jokowi, Jonan, Pigai, Thomas Djiwandono ke Vatikan
Pada Minggu Paskah (20/4), Paus memutuskan untuk melakukan perjalanan keliling dengan popemobile, sebuah keputusan yang awalnya ia ragukan.
“Menurutmu, apakah aku bisa melakukannya?” tanya Paus kepada Strappetti.
Keyakinan itu akhirnya bulat dan ia tampil menyapa umat dari Lapangan Santo Petrus, momen yang kini dikenang sebagai perjalanan terakhirnya di tengah publik.
Ia menyapa umat, terutama anak-anak, dalam suasana yang penuh kehangatan. Usai berkeliling, ia mengucapkan terima kasih kepada Strappetti, ucapan yang kini menjadi kata perpisahan yang menyayat hati.
Malam harinya, Paus beristirahat dan makan malam dalam suasana tenang, namun pada Senin pagi pukul 05.30 waktu Vatikan, kondisi kesehatannya mendadak memburuk.
Baca juga: Wasiat terakhir, Paus Fransiskus ingin dimakamkan di Basilika Santa Maria Maggiore Roma
Baca juga: Vatikan umumkan Paus meninggal akibat stroke diikuti koma dan gagal jantung
Tidak lama berselang, setelah memberi isyarat perpisahan dengan tangannya kepada Strappetti, Paus kehilangan kesadaran dan jatuh koma di kamarnya di lantai dua Casa Santa Marta.
Kesaksian mereka yang berada di dekatnya menyebutkan bahwa Paus tidak mengalami penderitaan. Kepergiannya begitu damai dan cepat, tanpa gejolak atau kesakitan yang panjang.
Sebelum berpulang, Paus Fransiskus sempat memberikan Berkat Apostolik terakhirnya, pelukan spiritual bagi umat yang selama ini ia pimpin sejak 13 Maret 2013.
Ia adalah Jorge Mario Bergoglio, Paus pertama asal Argentina, yang berjanji sejak awal untuk “berjalan bersama” umat dan ia menepati janjinya hingga detik terakhir.
Baca juga: Paus Fransiskus meninggal dunia dalam usia 88 tahun
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Jam-jam terakhir Paus Fransiskus