Prof. Euis: Kitab Kuning bukan satu-satunya rujukan kurikulum pesantren

id kitab kuning,pesantren,kurikulum, UIN, prof euis

Prof. Euis: Kitab Kuning bukan satu-satunya rujukan kurikulum pesantren

Prof. Euis Nurlaelawati, Ph.D saat menyampaikan pandangannya pada forum diskusi peluncuran buku Trajectories of Indonesian Islam: Festschrift in Honour of Martin van Bruinessen, di Gedung Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga, Senin (19/5). ANTARA/HO-Ist

Yogyakarta (ANTARA) - Guru Besar Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Prof. Euis Nurlaelawati, Ph.D menilai kitab kuning bukan merupakan satu-satunya dalam hukum Islam.

Hal itu disampaikannya dalam forum diskusi peluncuran buku Trajectories of Indonesian Islam: Festschrift in Honour of Martin van Bruinessen, di Gedung Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga, Senin (19/5).

Prof. Euis yang juga Direktur Institute for the Study of Law and Muslim Society ini menyoroti perlunya koreksi serius terhadap kurikulum pesantren dan perguruan tinggi Islam yang dinilai belum cukup responsif menghadapi perubahan zaman.

Ia mencontohkan bagaimana Kompilasi Hukum Islam (KHI) dan UU Perkawinan 1974 mampu menggantikan otoritas kitab kuning dalam praktik hukum Islam di peradilan.

“Bahkan para hakim mengutip teks Arab dalam pertimbangan hukumnya sebagai bentuk legitimasi,” ujarnya.

Prof. Euis menekankan bahwa pemahaman dan pengajaran hukum Islam perlu dibuka terhadap pendekatan-pendekatan baru, termasuk pendekatan antropologis yang lebih kontekstual dan peka terhadap dinamika sosial.

Baginya, kejumudan dalam sistem kurikulum justru akan menciptakan generasi Islam yang eksklusif dan tertutup terhadap perbedaan.

Dalam forum tersebut, Prof. Dr. Farish A. Noor, Dosen Univeristas Islam Internasional Indonesia (UIII), mengkritik stagnasi pendekatan akademik Islam karena masih repetitif dan tertutup terhadap dialog lintas kelompok maupun lintas agama.

Farish juga menyesalkan minimnya kontribusi pemikiran dari pusat-pusat studi Islam di Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Menurutnya, definisi tentang Islam di kawasan ini ironisnya justru lebih banyak ditentukan oleh pengamat luar negeri ketimbang dari dalam.

Acara yang menjadi penghormatan akademik atas kontribusi luar biasa Prof. Martin van Bruinessen, Professor Emeritus of Islamic Studies, Utrecht University dalam kajian Islam di Indonesia dan Asia Tenggara ini juga menghadirkan refleksi kritis dari sang tokoh.

Dalam sambutannya, Prof. Martin mempertanyakan meredupnya karakter Islam Indonesia yang dulu dikenal damai dan inklusif.

“Senyum Islam di Indonesia tampak mulai redup. Wacana Islam saat ini dikendalikan oleh siapa? Dan bagaimana umat Islam memahami serta memperjuangkan keadilan?” tanya Prof. Martin.

Diskusi yang dibuka oleh Rektor UIN Sunan Kalijaga Prof. Noorhaidi, menegaskan pentingnya membangun ruang-ruang diskusi akademik yang kritis dan terbuka.

Pewarta :
Editor: Nur Istibsaroh
COPYRIGHT © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.