Jakarta (ANTARA) - Pasien dengan thalasemia minor tidak perlu khawatir tentang pantangan makanan. Hal ini disampaikan oleh Konsultan Hemato Onkologi Anak FKUI-RSCM, dr. Ludi Dhyani Rahmartani, Sp.A (K), dalam sebuah webinar yang dipantau dari Jakarta, Kamis (21/5).
Menurut dr. Ludi, pasien thalasemia minor tidak memerlukan transfusi darah secara rutin dalam kondisi normal, sehingga mereka bebas mengonsumsi makanan, termasuk yang mengandung zat besi.
“Tidak ada pantangan karena tidak butuh transfusi darah (dalam kondisi normal),” ujar dr. Ludi.
Dengan demikian, pasien thalasemia minor bisa mengonsumsi berbagai jenis makanan, termasuk yang kaya zat besi, tanpa perlu khawatir akan kelebihan zat besi dalam tubuh.
Berbeda dengan pasien thalasemia mayor yang memerlukan transfusi darah secara teratur. Proses transfusi ini dapat menyebabkan penumpukan zat besi dalam tubuh.
Baca juga: Sleman melakukan langkah preventif penyakit thalasemia pada anak
Oleh karena itu, dr. Ludi menyarankan agar pasien thalasemia mayor menghindari makanan yang mengandung zat besi tinggi, seperti daging merah dan produk olahannya.
“Kalau sering transfusi, akan banyak zat besi yang masuk ke tubuh thalasemia mayor. Setiap transfusi darah mengandung zat besi, misalnya transfusi 200 ml darah yang setara dengan 200 mg zat besi. Padahal tubuh kita hanya bisa mengeluarkan kurang dari 5 mg zat besi per hari,” jelasnya.
Dengan kata lain, penting bagi pasien thalasemia mayor untuk menghindari makanan seperti bakso, rendang, empal, dan lainnya yang kaya akan zat besi.
“Jangan sampai zat besi dikeluarkan lewat obat, tapi kita makan makanan tinggi zat besi,” tambahnya.
Baca juga: Diabetes bisa dipicu kebiasaan makan yang tidak sehat
Thalasemia, yang merupakan penyakit genetik atau bawaan, membutuhkan pengobatan seumur hidup, terutama bagi pasien dengan kondisi thalasemia mayor.
Pasien dengan thalasemia mayor tidak dapat memproduksi hemoglobin yang cukup untuk tubuh, sehingga membutuhkan transfusi darah secara rutin.
Gejala thalasemia mayor biasanya mulai muncul pada anak-anak usia 2 tahun atau lebih muda, dengan gejala meliputi anemia parah, kulit pucat, gangguan pertumbuhan dan perkembangan, serta pembesaran perut.
Dalam kesempatan tersebut, dr. Ludi juga mengimbau agar masyarakat, termasuk pasangan yang akan menikah, melakukan screening awal thalasemia untuk mencegah kelainan genetik pada calon anak.
Baca juga: Pasien diabetes disarankan konsumsi makanan dengan gula alami
"Sangat penting bagi pasangan yang akan menikah untuk mengetahui kondisi genetik mereka. Screening thalasemia bisa menjadi langkah preventif yang signifikan," katanya.
Ia juga berharap tenaga medis di Indonesia dapat terus meningkatkan pemahaman mereka tentang thalasemia untuk lebih efektif mengedukasi masyarakat.
Selain itu, dr. Ludi menginginkan agar ketersediaan obat dan akses darah bagi pasien thalasemia dapat lebih mudah di masa depan.
"Pengobatan untuk pasien thalasemia harus terus berkembang dengan baik, agar kualitas hidup pasien semakin membaik," pungkasnya.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Pasien thalasemia minor tidak memiliki pantangan makanan