Yogyakarta (ANTARA) - Komisi Pemilihan Umum Daerah Istimewa Yogyakarta (KPU DIY) menyiapkan pendidikan demokrasi bagi pelajar melalui kegiatan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) dan Masa Ta'aruf Siswa Madrasah (Matsama) sebagai calon pemilih Pemilu 2029.
"MPLS di lingkungan sekolah dan kegiatan Matsama di lingkungan madrasah dapat menjadi instrumen penting bagi pengenalan nilai-nilai dasar demokrasi dan pemilu kepada para pelajar," kata Ketua KPU DIY Ahmad Shidqi dalam keterangan di Yogyakarta, Kamis.
Shidqi menuturkan kegiatan tersebut dijadwalkan berlangsung selama lima hari pertama masuk sekolah, yakni pada 14 - 18 Juli 2025 dengan menyasar siswa sekolah menengah pertama (SMP) dan madrasah tanawiyah (MTs), serta sekolah menengah atas (SMA) dan madrasah aliyah (MA) atau sederajat.
Dia mengatakan program tersebut adalah bagian dari pendidikan pemilih "Tutur Demokrasi" yang digagas KPU DIY.
Baca juga: KISP dorong gerakan kolektif antikorupsi lewat Kelas Jaga Demokrasi
Menurut dia, pelaksanaannya merupakan tindak lanjut dari Nota Kesepahaman antara KPU DIY, Pemerintah Daerah DIY, dan Kantor Wilayah Kementerian Agama DIY.
Untuk menyampaikan materi, KPU kabupaten/kota bakal hadir langsung ke sejumlah sekolah dan madrasah.
Namun, bagi sekolah yang tidak dapat didatangi petugas, KPU telah menyiapkan materi dalam bentuk video dan presentasi yang telah dikirimkan kepada dinas pendidikan dan sekolah.
"Materi akan disampaikan secara interaktif oleh guru yang membidangi pendidikan kewarganegaraan atau yang ditunjuk oleh sekolah," ujar Shidqi.
Baca juga: Catatan kecil usai pesta demokrasi di tanah air
Ia menjelaskan pendidikan pemilih di kalangan pelajar merupakan langkah strategis untuk meningkatkan literasi politik generasi muda.
"Harapannya, para siswa tumbuh menjadi pemilih yang cerdas, sadar, dan aktif berpartisipasi dalam pemilu mendatang," ujarnya.
Selain menyasar pemilih pemula, kata Shidqi, program “Tutur Demokrasi” juga menjangkau segmen lain seperti penyandang disabilitas, perempuan, dan kelompok marginal.
"Metode edukasi dilakukan tidak hanya secara tatap muka, tetapi juga melalui media digital, termasuk podcast yang tayang di akun YouTube resmi KPU DIY," ujarnya.
Baca juga: Sultan HB X : Korupsi hambat proses demokrasi
Shidqi mengatakan konsep dasar program ini mengangkat kembali tradisi bercerita dalam budaya masyarakat Yogyakarta.
"Sehingga penyampaian edukasi berdemokrasi ini pun dirangkai dalam suatu narasi yang menyerupai penuturan lisan," ujar dia.
