Beirut (ANTARA) - Presiden Masoud Pezeshkian kepada kantor berita Al-Jazeera dalam wawancara televisi pertamanya sejak berakhirnya konflik militer kedua negara selama 12 hari, Rabu, menyatakan Iran siap merespons setiap potensi serangan baru Israel.
"Kami siap menghadapi setiap aksi militer oleh Israel, dan pasukan kami berada dalam siaga tempur penuh untuk menyerang kembali jauh ke wilayah Israel," kata Pezeshkian.
Pezeshkian menambahkan semua pembicaraan tentang penghentian program nuklir Iran sebagai "ilusi," menekankan bahwa Teheran tidak menginginkan perang, tetapi juga tidak sepenuhnya percaya pada gencatan senjata yang langgeng.
Presiden Iran itu lebih lanjut mengatakan dia setuju dengan Presiden Amerika Serikat Donald Trump bahwa Iran tidak boleh memiliki senjata nuklir.
Pada saat yang sama, Pezeshkian mengatakan bahwa "pengayaan uranium di wilayah Iran akan terus berlanjut di masa mendatang dalam kerangka hukum internasional" dan Teheran tidak akan menoleransi ancaman apa pun terkait program nuklir damainya.
Pada 13 Juni malam, Israel menyerang Iran dengan dalih bahwa Teheran tengah mengembangkan program nuklir militer rahasia. Iran membantah keras tuduhan tersebut, dan membalas secara telak serangan rezim Zionis tersebut.
Kedua pihak saling serang selama 12 hari. Amerika melibatkan diri dalam konflik bersenjata itu dengan menyerang fasilitas nuklir Iran pada 22 Juni malam.
Teheran membalas aksi militer itu dengan melancarkan serangan rudal ke pangkalan AS Al Udeid di Qatar.
Trump kemudian mengatakan pada 23 Juni bahwa Israel dan Iran telah sepakat untuk gencatan senjata guna mengakhiri "perang 12 hari".
Sumber: Sputnik-OANA
