Biennale Jogja 18 Babak I hidupkan seni di Desa Kulonprogo

id pameran, biennale jogja,biennale jogja 18 babak 1,yogyakarta,jogjakarta, seni,merti dusun, kulonprogo

Biennale Jogja 18 Babak I hidupkan seni di Desa Kulonprogo

Seorang warga melintas dengan sepeda motor di tengah keramaian pengunjung Pameran Biennale Jogja 18 di Desa Boro II, Karangsewu, Kulon Progo, Minggu (21/9/2025). ANTARA/Rahid Putra Laksana

Yogyakarta (ANTARA) - Pameran seni Biennale Jogja 18 Babak I dengan tema “Kawruh Tanah Lelaku” hadir menyapa masyarakat sekaligus pertemukan warga lokal Padukuhan Boro II, Desa Karangsewu, Kulonprogo dengan para seniman dari berbagai daerah di Indonesia, sekaligus untuk membuka dialog antara praktik seni kontemporer dan pengetahuan lokal yang tumbuh dari pengalaman sehari-hari.

Biennale Jogja yang telah digelar sejak 1988 dan diinisiasi oleh Yayasan Biennale Jogja, terus berkembang menjadi sebuah acara seni internasional.

Setelah bertransformasi pada 2010 untuk mempertemukan seniman Indonesia dengan kolega internasional, Biennale Jogja kini mempersatukan berbagai budaya, mulai dari Indonesia hingga luar negeri.

Tahun ini, Biennale Jogja 18 dilaksanakan dalam dua babak, dengan Babak I berlangsung pada 19–24 September 2025 di Kulonprogo, dan Babak II di Bantul serta Kota Yogyakarta pada 5 Oktober hingga 20 November 2025.

Mengangkat tema "Kawruh Tanah Lelaku", Biennale kali ini mengajak masyarakat untuk memikirkan kembali sejarah lokal, mitologi leluhur, serta dampak perubahan lanskap dan tanah terhadap kehidupan masyarakat. Melalui pameran ini, seniman dan warga bersama-sama mengeksplorasi hubungan antara tradisi dan perubahan zaman.

Alia Swastika, Direktur Yayasan Biennale Jogja sekaligus Direktur Biennale Jogja 18, menjelaskan bahwa meski Yogyakarta sudah dikenal sebagai pusat seni di Asia Tenggara, perhatian terhadap desa-desa sebagai ruang kreatif masih kurang.

“Selama sepuluh tahun terakhir, kami melihat perkembangan Yogyakarta sudah pesat, namun desa seringkali terlupakan dalam sejarah seni Nusantara. Sejak 2023, kami mulai menghadirkan pameran seni di desa-desa, termasuk tahun ini di Desa Boro II, Kulonprogo,” katanya.

Biennale Jogja 18 Babak I berlangsung di tengah kehidupan masyarakat Desa Boro II yang masih kental dengan tradisi pertanian. Setiap karya seni yang dipamerkan tidak hanya berbicara tentang estetika, tetapi juga berhubungan erat dengan lingkungan sekitar, dari jalan, kebun, hingga rumah-rumah warga yang sederhana. Ini bukan sekadar pameran, tetapi sebuah ruang dialog antara seniman dan masyarakat, serta ruang pembelajaran bersama.

Dra. Purwiati, Kepala Taman Budaya Yogyakarta menambahkan bahwa pameran ini sangat relevan diadakan di Kulonprogo.

“Biennale Jogja 18 bukan hanya soal tontonan, tetapi juga ruang untuk berinteraksi, mempertemukan seniman dengan masyarakat. Tema Kawruh Tanah Lelaku sangat tepat untuk kawasan yang masih menjaga tradisi dan kehidupan yang selaras dengan alam,” ujarnya.

Salah satu nilai unik dari Biennale Jogja 18 adalah pendekatannya yang mengedepankan percakapan translokal.

“Kami mengundang seniman dari Taiwan, Jepang, India, dan Filipina untuk menggali pengetahuan yang selama ini terlupakan. Ini bukan hanya tentang internasionalisme, tetapi juga tentang saling bertukar pengalaman antara berbagai lokalitas,” terang Alia.

Pembukaan resmi Biennale Jogja 18 Babak I pada Minggu, 21 September 2025, turut meriah dengan acara merti dusun yang diawali dengan kirab dan pertunjukan seni. Rangkaian acara dilanjutkan dengan tur kuratorial, mengajak pengunjung menyusuri desa untuk melihat karya-karya seni yang dipamerkan. Selama periode pameran, berbagai program pendukung seperti lokakarya, pemutaran film, dan tur sejarah juga digelar, memberi kesempatan lebih banyak bagi masyarakat dan pengunjung untuk terlibat dalam kegiatan kreatif.

Dengan semangat kolaborasi antara seni dan masyarakat, Biennale Jogja 18 Babak I berhasil membuka ruang bagi pembaruan perspektif seni yang tidak hanya berfokus pada kota, tetapi juga merangkul desa dan kehidupan lokal sebagai bagian penting dalam perjalanan seni kontemporer.

Pewarta :
Editor: Nur Istibsaroh
COPYRIGHT © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.