Yogyakarta (ANTARA) - Pemerintah Daerah (Pemda) Daerah Istimewa Yogyakarta berencana menambah jumlah becak kayuh bertenaga alternatif untuk menggantikan becak motor (bentor) yang jumlahnya dinilai telah berlebih, khususnya di kawasan Malioboro.
Sekretaris Daerah (Sekda) DIY Ni Made Dwipanti Indrayanti di Yogyakarta, Jumat, menyebut rencana itu telah disampaikan kepada pemerintah pusat.
"Kami juga menghubungi pihak-pihak yang bisa men-support kami untuk mengadakan becak kayuh bertenaga alternatif lebih banyak lagi," katanya.
Made menjelaskan, upaya penambahan becak kayuh bertenaga alternatif tersebut merupakan bagian dari langkah penataan transportasi tradisional di Yogyakarta.
Saat ini, ia menyebut terdapat sekitar 90 becak kayuh bertenaga alternatif yang sudah beroperasi dan jumlah tersebut akan terus ditingkatkan secara bertahap.
Pemda DIY juga membuka peluang kerja sama dengan lembaga donor maupun negara pemerhati low emission zone untuk mempercepat pengadaan armada becak ramah lingkungan tersebut.
Selain mempertimbangkan aspek kenyamanan dan estetika kota, lanjut Made, kebijakan itu juga diarahkan untuk menjaga keamanan pengguna jalan serta mendukung kawasan rendah emisi (low emission zone).
Menurut dia, Dinas Perhubungan DIY sudah sejak lama melakukan konsolidasi dengan paguyuban bentor terkait penertiban itu.
"Bukan kami bermaksud menghilangkan pekerjaan mereka, tapi menata. Penataan ini bisa soal modanya, layanannya, maupun jumlahnya. Karena kalau sudah over seperti saat ini, tentu akan menimbulkan ketidaknyamanan, akan semrawut," ujarnya.
Menurut Made, jumlah bentor di DIY saat pendataan terakhir pada masa pandemi COVID-19 tercatat sekitar 2.000 unit.
Angka itu diyakini telah bertambah hingga kini sehingga penertiban perlu dilakukan agar kawasan pusat kota, seperti Malioboro tetap nyaman bagi masyarakat maupun wisatawan.
"Semua kawasan, termasuk Malioboro, tentu punya kapasitas untuk kendaraan, termasuk becak. Kapasitas becak di sini tidak hanya bentor saja, masih ada becak kayuh dan becak kayuh bertenaga alternatif," jelasnya.
Made menegaskan, penataan transportasi tersebut tidak serta merta dilakukan tanpa solusi.
Pemda DIY sejak 2020 telah berupaya menghadirkan becak bertenaga alternatif yang lebih ramah lingkungan dan tetap memberi ruang bagi pengemudi becak untuk bekerja tanpa kelelahan fisik berlebih.
"Kita sudah berusaha dari tahun 2020-an, bagaimana agar ada becak yang tetap digenjot tapi sudah tidak capek lagi. Dan persoalan lainnya, tidak semua bentor itu ber-KTP DIY," ujarmya.
