Yogyakarta (ANTARA) - Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) dalam rangka memperingati Hari Ibu Indonesia mencanangkan gerakan SPRIN (Selamatkan Perempuan Indonesia) yang salah satu fokusnya mendorong pemeriksaan kehamilan sejak dini.
Prof. Dr. dr. Maisuri Tadjuddin Chalid, SpOG, SubSp. KFM, selaku dokter kandungan, subspesialis Fetomaternal, yang juga Ketua Pokja Penurunan Angka Kematian Ibu dan Stunting (Pakias) POGI menjelaskan pemantauan kehamilan sejak dini tidak boleh bersifat opsional, tetapi harus menjadi standar yang melindungi setiap ibu dan bayi di Indonesia.
"Banyak komplikasi selama kehamilan berkembang tanpa gejala yang jelas. Ketika kondisi ini tidak terdeteksi di awal, hal itu dapat menimbulkan ancaman serius bagi kesehatan ibu dan bayi," katanya dalam keterangannya, Selasa.
Angka kematian Ibu di Indonesia tercatat 189 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup dan 17 kematian bayi per 1.000 kelahiran hidup (Data Sensus Penduduk 2020).
Meskipun angka-angka ini telah membaik selama satu dekade terakhir, angka tersebut tetap termasuk yang tertinggi di Asia Tenggara dan masih jauh dari target nasional yang ditetapkan dalam tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs). Banyak dari kematian ini dapat dicegah, dan seringkali disebabkan oleh kondisi yang tidak terdeteksi di awal kehamilan.
Menurut Prof. Maisuri keterlambatan dalam mengenali tanda-tanda dini merupakan tantangan besar dalam pelayanan kesehatan ibu hamil. Komplikasi kerap muncul tiba-tiba, dari kondisi yang sebelumnya tampak normal.
"Kita tidak boleh menunggu hingga gejala terlihat; diperlukan upaya deteksi dini, oleh karena itu pemeriksaan kehamilan sebaiknya dimulai sejak trimester 1, dan selanjutnya dipantau secara rutin dan berkualitas," katanya.
Seorang ibu mungkin merasa sehat, lanjutnya, sementara kadar hemoglobin darah, tekanan darah atau gula darahnya sudah tidak normal. Beberapa kondisi seperti anemia, preeklampsia, diabetes gestasional, gangguan tiroid, jarang menyebabkan ketidaknyamanan pada awalnya.
“Rasa aman yang semu ini berbahaya, karena pada saat gejala muncul, jendela untuk intervensi yang efektif sudah menyempit,” kata Guru Besar Universitas Hasanuddin, yang sejumlah publikasinya membahas masalah preeklampsia, infeksi pada kehamilan, kesehatan ibu dan masalah kehamilan risiko tinggi lainnya.
Pemantauan kehamilan dini sebagai prioritas kesehatan masyarakat
Sejumlah literatur, di antaranya rekomendasi WHO yang menekankan identifikasi risiko sejak kunjungan awal.
Pertama, sebagian besar kondisi berisiko tinggi bermula pada awal kehamilan: Anemia, Hipertensi, insufisiensi plasenta, gangguan metabolisme dini, dan masalah perkembangan janin seringkali dapat dideteksi beberapa minggu sebelum gejala muncul.
"Kedua, bahkan wanita yang dianggap berisiko rendah pun bisa menjadi berisiko tinggi, karena setiap kehamilan mempunyai risiko," tegasnya.
Ketiga deteksi dini mengurangi angka kematian ibu, jumlah bayi yang dirawat di NICU, dan beban pada sistem layanan kesehatan. Terdapat bukti kuat dari systematic review & meta-analisis bahwa kunjungan antenatal yang adekuat dan pemanfaatan layanan ANC berhubungan dengan hasil yang lebih baik untuk ibu dan bayi baru lahir.
Intervensi dini jauh lebih hemat biaya dan menyelamatkan nyawa dibandingkan perawatan darurat pada tahap lanjut.
Prof Maisuri menguraikan tiga tindakan penting yang harus dilakukan oleh ibu hamil: Pertama, kenali faktor risiko Anda sejak dini : Usia di atas 35 tahun, usia terlalu muda (< 20 tahun), riwayat penyakit kronis, penyakit infeksi, riwayat operasi caesar, riwayat keguguran berulang, riwayat preeklampsia, diabetes dalam keluarga, dan lain-lain semuanya penting untuk diskrining sejak awal.
Kedua, prioritaskan kunjungan antenatal sejak trimester pertama, meskipun Anda merasa sepenuhnya sehat : Risiko tersembunyi akan tetap tersembunyi tanpa pemeriksaan yang berkualitas.
Ketiga, untuk kehamilan berisiko tinggi, gunakan pemantauan di rumah seperti yang disarankan, misalnya tekanan darah bila anda mempunyai risiko hipertensi, pemantauan gula darah sendiri untuk penderita diabetes dan catatan gerakan janin sejak usia 32 minggu merupakan pemantauan mandiri yang sederhana dan tepat guna, mendukung intervensi lebih awal.
"Perubahan apa pun di akhir kehamilan, bahkan sesuatu yang kecil sekalipun, perlu diperhatikan. Tindakan dini menyelamatkan nyawa," katanya.
Untuk mengatasi "komplikasi tersembunyi" yang dapat dimulai tanpa gejala, Mindray menghadirkan kejelasan diagnostik tingkat lanjut ke garis depan perawatan ibu. Portofolio ultrasonografi kesehatan wanita Mindray, termasuk seri Nuewa I, mengubah sains canggih menjadi perisai pelindung bagi setiap ibu dan bayi.
Perawatan inovatif yang dapat diandalkan: Memvisualisasikan yang tak terlihat: Ultra Mikro Angiografi (UMA): Beberapa perubahan terpenting pada awal kehamilan terjadi pada tingkat mikroskopis. Teknologi UMA memberi tim perawatan Anda jendela untuk melihat pembuluh darah kecil yang mendukung kehamilan.
Kedua, memprediksi hal yang tak terlihat: Penilaian aliran darah resolusi tinggi: Sejalan dengan penekanan tentang pentingnya deteksi dini untuk mencegah komplikasi, teknologi ini bertindak sebagai “prakiraan cuaca” kesehatan.
Misalnya dengan mengevaluasi aliran darah di rahim atau tali pusat, dokter dapat mengidentifikasi risiko seperti preeklampsia atau gangguan perfusi plasenta jauh sebelum gejala muncul atau memburuk. Hal ini memungkinkan intervensi tepat waktu yang menyelamatkan nyawa.
Dengan menjadikan teknologi pemantauan ini mudah diakses, kesenjangan antara rekomendasi klinis para ahli dan penatalaksanaan pasien sehari-hari dapat dijembatani.
Hal ini memungkinkan deteksi dini dan pengambilan keputusan berbasis bukti, memastikan bahwa standar pemantauan berkualitas menjadi kenyataan bagi seluruh keluarga di Indonesia.
“Deteksi dini adalah salah satu alat paling ampuh yang kita miliki,” kata Conan Chen, General Manager Mindray Indonesia.
Mendeteksi komplikasi sejak dini seperti memadamkan api kecil. Tetapi jika seorang ibu datang ke dokter setelah gejalanya memburuk, api itu ibaratnya sudah terjadi kebakaran hutan. Demi setiap ibu dan setiap bayi, kita tidak boleh membiarkan api itu terus membakar, bahkan kita harus mengenali ketika api kecil itu baru muncul.”
