Sleman, DIY (ANTARA) - Bupati Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Kustini Sri Purnomo menyebutkan gerakan pilah sampah dari rumah tangga sudah banyak dilakukan oleh masyarakat di wilayah itu dan dampaknya sudah mulai terlihat.

"Mulai akhir Juni, volume sampah harian di Sleman turun dari 300-an ton per hari menjadi 254 ton per hari. Dan saya yakin sekarang lebih turun lagi. Ini berarti sudah banyak masyarakat yang pilah sampah dan mulai efektif," katanya di Sleman, Kamis.

Menurut dia, dengan adanya capaian itu, pihaknya optimistis perbaikan pengelolaan sampah di Sleman akan bisa ditata perlahan.

"Gerakan pilah sampah dari rumah tangga sendiri gencar disosialisasikan sejak adanya wacana penutupan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Piyungan sejak Februari lalu," katanya.

Ia mengatakan, selain diterbitkan sebagai Surat Edaran (SE) Bupati Sleman, gerakan pilah sampah ini juga disosialisasikan hingga tingkat bawah untuk mengurangi produksi sampah.

"Dengan ditutupnya TPA Piyungan hingga 5 September mendatang akibat kelebihan kapasitas, Pemkab Sleman telah melakukan berbagai upaya salah satunya dengan membuat tempat penampungan sampah sementara (TPSS) di Tamanmartani," katanya.

Selain itu, Pemkab Sleman juga memasifkan gerakan pilah sampah dari rumah tangga dengan melibatkan peran tokoh masyarakat dan tokoh agama di masyarakat.

"Edukasi terus diakukan salah satunya dengan mengurangi sampah. Setelah itu kami tekankan agar sampah itu dipilah agar lebih mudah diolah. Sehingga sampah yang tidak bisa diolah yang dibawa ke tempat penampungan sementara itu bisa berkurang cukup banyak," katanya.

Bupati mengatakan bahwa dalam waktu dekat ada kemungkinan pemerintah daerah setempat membentuk satuan tugas (Satgas) guna penanganan masalah sampah di Sleman. Meskipun begitu, pihaknya juga akan tetap mendorong penanganan sampah bisa dapat diselesaikan di tingkat Kalurahan.

"Rencana membentuk satgas penanganan sampah itu ada. Karena kita juga belajar dari keberhasilan penanganan pandemi COVID-19 dengan dibentuknya satgas," katanya.

Pemkab Sleman, kata dia, juga dorong kalurahan untuk membantu mengolah sampah lewat badan usaha milik kalurahan (BUMKal) seperti di Pandowoharjo dan Sinduadi.

"Ke depan kami akan menjajaki kerja sama dengan swasta untuk mengelola sampah," katanya.

Terkait dengan akan segera berakhirnya TPSS di Tamanmartani pada 5 September mendatang, pemkab sedang mencari lokasi TPSS baru. Berbeda dengan yang di Tamanmartani, sampah yang akan dikirim ke TPSS yang baru nantinya akan diolah.

"Kami akan menyiapkan TPSS baru serta akan kita olah sampahnya," demikian Kustini Sri Purnomo.



 

Pewarta : Victorianus Sat Pranyoto
Editor : Mahmudah
Copyright © ANTARA 2024