Jakarta (Antara Jogja) - Ahli keramik Indonesia F Widayanto menginginkan agar keramikus atau seniman keramik lokal mengembangkan gerabah asli nusantara agar bisa memiliki ciri khas tersendiri agar nantinya keramik original Indonesia mendapatkan tempat mulia di kancah dunia.
"Indonesia kaya dengan berbagai bentuk keramik ataupun gerabah yang unik dan memiliki nilai jual tinggi apabila benar-benar diseriusi oleh seniman keramik secara masif dan mendapatkan dukungan pemerintah," kata Widayanto seusai menghadiri acara Asosiasi Seni Keramik Korea di Jakarta, Rabu.
Berbagai bentuk tempayan, tempat wudhu dan kendi adalah beberapa contoh komoditi seni gerabah warisan Indonesia kuno yang memiliki potensi mendunia.
Pemikiran Widayanto merujuk pada bagaimana kesuksesan Korea Selatan yang mampu mempromosikan keramik oriental dengan berbagai promosi di berbagai negara termasuk Indonesia.
Pada 28-31 Maret 2013, 50 seniman Korsel dan 10 keramikus Indonesia akan memamerkan berbagai keramik buah karya mereka di Mall Casablanca, Jakarta.
"Memang diakui seniman keramik Korsel maju. Buktinya dari tiga kali penyelenggaraan pameran keramik, para keramikus Korsel selalu berganti yang menandakan regenerasi mereka," kata dia.
"Berbeda dengan keramikus Indonesia yang hanya itu-itu saja."
Alasan pemilik galeri keramik di kawasan Setia Budi, Jakarta, itu menunjukkan bagaimana perkembangan seni gerabah di Indonesia yang terbilang lambat terlebih regenerasinya.
"Indonesia berpotensi membawa seni gerabah khas Indonesia seperti keberhasilan kita mempromosikan Batik sebagai buah karya manusia asli Nusantara dan dunia mengakuinya."
Ia menyadari untuk membawa seni gerabah Nusantara ke panggung dunia bukan merupakan langkah mudah. Karena perlu dukungan pemerintah dan tinggunya aksi keramikus dalam menggairahkan perkembangan seni keramik.
"Keramikus Indonesia membutuhkan dana besar untuk melakukan sesuatu yang mirip dengan kebijakan Korsel," kata dia.
Widayanto juga mengkritisi seniman Indonesia yang cenderung membuat gerabah sesuai keinginan pasar. Dia menganggap mereka melakukan plagiarisme atau penjiplakan bentuk gerabah dari negara lain demi memenuhi permintaan tanpa berniat mempromosikan karya asli Indonesia.
"Seniman Indonesia sering membuat karya imitasi dari luar dan melupakan seni gerabah asli Nusantara."
Menurut dia, untuk menjadi keramikus dengan karya original tidak mudah. "Menghindari pembuatan karya imitasi memang merupakan proses yang panjang. Kita harus mengenal tanah, memiliki jati diri dan tentu saja ketrampilan," kata Widayanto.
(A061)