Bantul (Antara Jogja) - Warga pedukuhan Karasan, Desa Palbapang Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta mengolah ban bekas menjadi aneka kerajinan yang bermanfaat dan memiliki nilai jual di pasaran.
"Berbagai kerajinan ban bekas yang diproduksi diantaranya barang rumah tangga seperti meja kursi, pot bunga, tempat sampah, jok sandal dan tali timba sumur," kata perajin ban bekas di Palbapang, Bantul, Soekamto, Minggu.
Menurut dia, usaha yang dirintis sejak 1976 ini awalnya hanya sebatas iseng, namun dirinya terus berinovasi dan saat ini dirinya bisa memperoleh pendapatan hingga sebesar Rp2 juta per hari dari penjualan aneka kerajinan ban bekas tersebut.
"Awal usaha saya cuma iseng bikin tampar (tali) timba untuk mengambil air di sumur, namun karena banyak peminat, saya kemudian mengembangkan produk menjadi ban andong, sandal serta kursi dan meja," katanya.
Ia mengatakan, dalam mengembangkan usaha ini dirinya berusaha secara otodidak dengan ide kreasi sendiri tanpa mencontek orang lain, meski demikian pria berusia 58 tahun ini tidak pernah kesulitan dalam menciptakan produk.
"Caranya membuat kerajinan mudah dan sederhana yakni ban bekas awalnya dipotongi, kemudian dianyam serta disusun dan ditempelkan menggunakan paku, supaya lebih mengkilap, produk yang sudah jadi kemudian disemir," katanya.
Harga yang ditawarkan cukup terjangkau, seperti satu set meja kursi terdiri empat buah kursi dan satu meja bulat sebesar Rp550 ribu, ban andong Rp40 ribu, sandal Rp10 ribu, tali timba Rp2 ribu per meter, ember Rp10 ribu serta tempat sampah Rp25 ribu ukuran kecil dan Rp40 ribu ukuran besar.
"Produk kerajinan kami setorkan ke toko-toko, baik di kawasan Bantul maupun luar daerah seperti Kabupaten Jepara, Kudus serta Banjarnegara, kami terus pertahankan pemasarannya," katanya.
Ia mengatakan, dengan omzet mencapai sebesar Rp2 juta per hari tersebut setidaknya usaha ini bisa memberikan pekerjaan terhadap enam orang tenaga setempat yang membantu pengerjaan produksinya.
Mengenai bahan baku ban bekas kata dia, tidak kesulitan karena bisa diperoleh di perusahaan bus dengan harga rata-rata Rp3 ribu untuk ban angkot, Rp2.500 untuk ban sepeda motor, Rp11 ribu untuk ban diesel serta Rp35 ribu untuk ban besar seperti truk atau bus.
"Tidak ada kendala berarti yang kami hadapi, hanya perlu mengembangkan kreatifitas dan pemasaran saja," katanya yang menjamin produknya lebih awet dibanding barang kerajinan dengan bahan lain seperti kayu atau plastik.
(KR-HRI)
