Yogyakarta (Antara Jogja) - Unit Pelaksana Teknis Malioboro dalam Operasi Jagabaran 2013 menerima keluhan dari sejumlah wisatawan tentang mahalnya tarif naik andong atau delman yang mencapai Rp80.000 atau naik hampir dua kali lipat dibanding tarif hari biasa.
"Tarif andong dikeluhkan sangat mahal, mencapai Rp80.000 untuk tujuan dari Toko Progo hingga Jalan Tukangan yang jaraknya tidak terlalu jauh, atau Rp70.000 dari Taman Pintar hingga ke Jalan Malioboro. Tarif tersebut lebih mahal dibanding naik taxi," kata Kepala Sub Bagian Tata Usaha Unit Pelaksana Teknis (UPT) Malioboro Ari Suryani di Yogyakarta, Selasa.
Menurut Ari, sebagai salah satu angkutan wisata khas Kota Yogyakarta, andong sangat diminati oleh wisatawan, sehingga dengan menerapkan tarif yang wajar pun andong sudah dapat memperoleh pendapatan yang lebih besar dibanding hari biasa.
Pihaknya, lanjut Ari, akan melakukan komunikasi dengan kusir andong atau paguyuban andong yang ada di Malioboro agar dapat menerapkan tarif yang wajar kepada wisatawan.
"Jangan sampai wisatawan tidak mau lagi naik andong karena tarif yang mahal. Mereka tentu yang akan dirugikan," katanya.
Salah satu solusi yang akan ditawarkan, lanjut Ari, adalah adanya standar tarif untuk andong wisata di Malioboro sehingga di masa libur tidak ada andong yang menaikkan tarif secara tidak wajar.
Karena tidak ada peraturan daerah tentang tarif andong, UPT Malioboro tidak dapat melakukan penindakan kepada kusir andong yang menaikkan tarif secara tidak wajar.
"Kami akan bertindak sesuai aturan. Karena aturannya belum ada, maka yang bisa kami lakukan adalah memberikan pengertian dan imbauan kepada kusir andong," katanya.
Sedangkan untuk keluhan terhadap becak sudah tidak ada lagi. Para pengemudi becak sudah tidak lagi meminta tarif yang tidak wajar atau meninggalkan wisatawan di sembarang tempat.
Selain keluhan mengenai mahalnya tarif andong, UPT Malioboro juga menerima aduan tentang anak hilang dan copet.
"Untuk anak hilang, sudah bisa diketemukan semuanya karena seluruh petugas saling bekerja sama mencari. Untuk copet ada satu laporan. Kami juga menemukan beberapa dompet yang tidak lagi berisi uang namun masih berisi identitas pemilik lainnya. Sudah ada beberapa yang mengambil," katanya.
Selama Operasi Jagabaran yang akan berlangsung hingga Kamis (15/8), UPT Malioboro menerjunkan 30 petugas Jogoboro yang dibantu sejumlah komunitas seperti Tagana, Paksi Katon, dan linmas dari kelurahan yang berada di kawasan Malioboro untuk membantu pengamanan dan ketertiban.
"Untuk jalur lambat, akan dijaga oleh petugas sehingga tidak ada kendaraan bermotor yang melintas. Saat sore hingga tengah malam, jalur lambat ini berubah menjadi area pedestrian," katanya.
Salah seorang kusir andong di Malioboro Prawoto Saputro mengatakan, tingginya tarif andong tersebut tetap didasarkan atas kesepakatan dengan konsumen.
"Kalau tidak mau dengan harga yang ditawarkan, tentu wisatawan juga tidak akan naik. Harga mahal atau tidak, itu juga tergantung wisatawan. Ada yang menganggap Rp80.000 itu mahal, ada yang menganggap itu wajar saja," katanya.
Prawoto mengaku tidak merasa takut apabila tarif yang ditawarkan tersebut akan memengaruhi citra pariwisata di Yogyakarta.
(E013)
