Surabaya (Antara Jogja) - Menteri Badan Usaha Milik Negara Dahlan Iskan mengikuti olahraga tradisional menggunakan bakiak dan egrang, sekaligus memimpin senam bersama mahasiswa dan civitas akademika Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) di Surabaya, Kamis.
"Setiap hari saya harus berolahraga karena sudah berumur. Berbeda dengan yang masih muda-muda, bisa tetap kuat meski tidak rutin gerak badannya," ujarnya ketika ditemui wartawan usai berolahraga di kampus Untag itu.
Selama 1,5 jam nonstop, mantan Direktur Utama Perusahaan Listrik Negara (PLN) tersebut mengikuti olahraga senam didampingi istri dan sejumlah kerabatnya.
Usai senam, Dahlan Iskan bersama timnya mencoba olahraga tradisional menggunakan egrang atau jangkungan dan bakiak, yakni terompah/klompen berukuran besar. Selama dua kali putaran, timnya berhasil mengalahkan kelompok yang dipimpin Rektor Untag Prof Dr drg Ida Aju Brahmasari, Dipl. DHE.
Meski timnya sempat terjatuh, salah satu peserta konvensi calon presiden dari Partai Demokrat tersebut tetap mampu melanjutkan permainan hingga garis finis.
"Mungkin terlalu bersemangat, jadi satu tim jatuh semua. Tapi tidak masalah karena sudah biasa. Yang penting tubuh jadi sehat dan olahraga tardisional tak dilupakan," kata dia.
Sebelum berlomba melaju menggunakan bakiak, Dahlan Iskan sempat mencoba bermain egrang/jangkungan, yakni permainan terbuat dari dua tongkat bambu atau kayu yang diberi pijakan untuk kaki agar leluasa melangkah lebih lebar.
"Dulu saya bisa bermain egrang, tapi sekarang sudah tidak bisa kalau tidak dipegangi orang lain," katanya.
Ia berpesan kepada semua masyarakat agar permainan tradisional tidak dilupakan dan hanya ada pada perlombaan memperingati HUT Kemerdekaan RI, setiap 17 Agustus.
"Kampung-kampung harus kembali membiasakan permainan-permainan tradisional seperti ini. Kalau bisa, setiap minggu sekali setelah olahraga bersama. Jangan setiap 17-an saja," kata pria kelahiran Magetan, Jawa Timur, itu.
Tidak saja senam dan mencoba permainan tradisional, Dahlan Iskan juga menyempatkan bermain futsal melawan dosen-dosen Untag. Meski tidak lebih dari lima menit, namun cukup membuatnya kelelahan.
Rektor Untag Prof Dr drg Ida Aju Brahmasari, Dipl. DHE, mengatakan pihaknya sangat mendukung dan berkomitmen melestarikan olahraga dan permainan tradisional.
"Ini merupakan kekayaan bangsa yang wajib dilestarikan. Kami akan berupaya dan berjuang agar budaya ini tidak luntur dan mahasiswa tidak ragu memainkannya," katanya.
(KR-FQH)
