DIY selenggarakan "Sawiji Greget Sengguh Ora Mingkuh"

id jogja nasional museum

Yogyakarta (Antara Jogja) - Kelompok Kerja Penguatan dan Pelestari Warisan Budaya Kasultanan Yogyakarta dan Pakualaman Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta menyelenggarakan pagelaran "Sawiji Greget Sengguh Ora Mingkuh" di Jogja National Museum, Yogyakarta, 29-30 September 2016.

Pagelaran yang dibuka di Yogyakarta, Kamis, itu diikuti 17 komunitas dan lembaga dari berbagai wilayah DIY yang mendisplay karya implementatifnya.

Mereka yang ikut antara Komunitas Pelestari Penyu Pantai Pelangi Kretek Bantul, sanggar anak alam, banyu langit, Mobil Listrik Jogja, BUMDes Panggung Lestari, Jogja Nyah-Nyoh, Banyu Langit, Kampung Cyber Tamansari, serta Pewarta Foto Indonesia (PFI) DIY.

"17 komunitas ini akan merespons sembilan nilai pokok "renesaince" Yogyakarta seperti yang diamanatkan Gubernur DIY Sri Sultan HB X ," kata Ketua Panitia Pagelaran Widihasto Wasana Putra.

Hasto menjelaskan "Sawiji Greget Sengguh Ora Mingkuh" merupakan ajaran moral atau falsafah Jawa yang mengandung arti konsentrasi, semangat, percaya diri dengan rendah hati dan bertanggung jawab.

Berlandaskan falsafah itu diharapkan masyarakat mampu merespons dan mengimplementasikan sembilan nilai pokok renesaince Yogyakarta yang menjadi dasar rencana strategis pembangunan DIY yang mencakup sektor pendidikan, pariwisata,teknologi, ekonomi, energi, pangan, kesehatan, keterlindungan warga, dan tata ruang dan lingkungan.

"Jika tidak segera direspon maka nilai-nilai itu akan tinggal teks saja," kata dia.

Hasto berharap karya-karya implementatif yang disuguhkan dalam pagelaran itu mampu menjadi media pembelajaran luar sekolah bagi masyarakat khususnya para pelajar.

Asisten Keistimewaan?Sekretariat Daerah?DIY?Didik Purwadi?mengatakan karya implementatif dari berbagai komunitas masyarakat itu akan membantu tugas Pemda DIY dalam menerjemahkan makna "Keistimewaan DIY". Apalagi tujuan "Keistimewaan DIY" senyatanya harus bermuara pada kesejahteraan dan ketenteraman masyarakat.

"Mereka ini lah aktor-aktor yang mampu menerjemahkan keistimewaan," kata dia.

Dalam pagelaran itu, Mobil Listrik Jogja, misalnya, melalui karyanya merepresentasikan pentingnya penggunaan energi baru terbarukan. BUMDes Panggung Lestari memberikan contoh pengolahan limbah sampah dan penerapan teknologi tepat guna yang mampu memberikan pendapatan bagi desa.

Acara itu juga didukung para pewarta foto yang tergabung dalam Pewarta Foto Indonesia (PFI) DIY yang memamerkan beragam karya foto jurnalistik yang merekam implementasi nilai "keistimewaan" serta kritik terhadap pembangunan di kota gudeg itu.
L007