XT-Square usulkan danais untuk pemberdayaan zona kerajinan

id XT-Square usulkan danais untuk pemberdayaan zona kerajinan

XT-Square usulkan danais untuk pemberdayaan zona kerajinan

XT-Square (Foto ANTARA/Barikurahman)

Yogyakarta, (Antara Jogja) - PD Jogjatama Vishesha selaku pengelola Pasar Seni dan Kerajinan Yogyakarta, XT-Square, mengusulkan penggunaan dana keistimewaan untuk kepentingan pemberdayaan perajin yang memiliki kios di zona kerajinan pasar tersebut.

"Kami pikir, penggunaan dana keistimewaan untuk pemberdayaan perajin yang memiliki kios di Zona Kerajinan XT-Square sangat mungkin. Akan segera kami usulkan," kata Direktur Operasional dan Pemasaran PD Jogjatama Vishesha Widihasto Wasana Putra di Yogyakarta, Sabtu.

Menurut dia, dana keistimewaan tersebut tidak akan digunakan untuk pembangunan fisik tetapi lebih diarahkan pada peningkatan kapasitas perajin dengan melakukan berbagai pelatihan hingga studi banding.

Sejumlah pelatihan yang bisa diselenggarakan di antaranya adalah pelatihan desain produk sehingga produk yang dihasilkan lebih baik, atau untuk pelatihan pengemasan produk hingga pelatihan pemasaran secara online.

Pelatihan bisa dilakukan sesuai dengan bahan baku yang digunakan perajin, yaitu pelatihan untuk perajin kain, kayu hingga logam.

"Harapannya bisa direalisasikan melalui dinas terkait karena dimungkinkan masih ada perubahan penggunaan anggaran dana keistimewaan pada saat anggaran perubahan. Dengan demikian, perajin akan semakin terpacu untuk membuat produk yang bagus dan berkualitas sesuai harapan pasar," katanya.

Pada tahun ini, Pemerintah Kota Yogyakarta mendapatkan alokasi dana keistimewaan sekitar Rp10 miliar yang rencananya digunakan untuk rehabilitasi bangunan cagar budaya Rp6 miliar, pemberdayaan kampung budaya Rp2 miliar, Festival Kesenian Yogyakarta Rp1 miliar dan misi kesenian Rp1 miliar.

Di XT-Square, terdapat 100 kios yang digunakan untuk perajin dan 14 di antaranya adalah perajin yang tergabung dalam forum komunikasi usaha mikro kecil dan menengah yang ada di tiap kecamatan di Kota Yogyakarta.

Selama ini, kios kerajinan yang semula diharapkan menjadi magnet pengunjung di XT-Square belum memberikan dampak signifikan bahkan cenderung sepi.

"XT-Square justru dikenal dengan keberadaan musuem tiga dimensi De Mata dan museum tokoh De Arca. Memang kondisinya seperti itu karena pada kenyataannya keberadaan kerajinan belum mampu mengangkat atau mendatangkan pengunjung dalam jumlah banyak," katanya.

Meskipun demikian, Widihasto menegaskan bahwa manajemen tetap berupaya untuk menghidupkan dan meramaikan zona kerajinan dengan mengatur alur pengunjung.

Museum tokoh De Arca ditempatkan di lantai dua zona kerajinan sehingga pengunjung "dipaksa" melewati zona kerajinan. "Harapannya, zona kerajinan bisa semakin ramai," katanya.

Ia pun berharap agar perajin bisa membuka kiosnya sesuai jam buka De Mata dan De Arca serta memperbanyak produk yang dipajang agar kios terlihat semakin menarik.

(E013)

Pewarta :
Editor: Luqman Hakim
COPYRIGHT © ANTARA 2024