Manajemen XT-Square Yogyakarta tetap akan naikkan sewa

id XT-Square, sewa

Manajemen XT-Square Yogyakarta tetap akan naikkan sewa

Suasana zona “XT-Lane” atau food court di Pasar Seni dan Kerajinan Yogyakarta, XT-Square (Eka Arifa Rusqiyati)

Yogyakarta (ANTARA) - Manajemen Pasar Seni dan Kerajinan Yogyakarta, XT-Square memutuskan tetap menaikkan sewa untuk pedagang kuliner yang menempati zona “XT-Lane” yaitu Rp1 juta per bulan meskipun pedagang keberatan.

“Sewa yang kami tetapkan ini masih berada di bawah sewa tempat wisata lain. Jika dihitung, kenaikannya pun tidak banyak. Sekitar Rp5.000 per hari. Saya kira, pedagang masih mampu,” kata Direktur Utama PD Jogjatama Visesha selaku pengelola XT-Square Muhammad Verga Prabowo Agus di Yogyakarta, Selasa.

Menurut dia, kenaikan sewa tersebut tidak semata-mata ditujukan untuk meningkatkan pendapatan XT-Square, tetapi juga untuk memenuhi kebutuhan biaya operasional serta meningkatkan kualitas pasar seni dan kerajinan tersebut.

Sebelum revitalisasi, zona kuliner tersebut dinilai terlihat kurang rapi karena pedagang menggunakan tenda yang tidak seragam dan berjualan di area “outdoor”. Pada tahun lalu, XT-Square menambah atap dan memperbaiki lantai serta menyediakan sejumlah fasilitas untuk pedagang, seperti tempat cucian piring serta meja dan kursi yang seragam.

“Kami pun sudah menyiapkan pelatihan bagi pedagang kuliner untuk meningkatkan kapasitas mereka sehingga makanan yang mereka jual berkualitas dan unik. Tujuannya, pembeli pun tertarik untuk berbelanja di zona tersebut,” katanya.

Verga menambahkan,  pernah mendatangkan koki dari hotel untuk menilai proses pengolahan dan kualitas makanan yang disajikan pedagang di zona “XT-Lane”. Dari hasil kurasi, koki menyebut bahwa proses pengolahan makanan belum higienis dan kualitas makanan kurang layak.

“Jika selama ini mereka mengeluh sepi pembeli,  seharusnya mereka instrospeksi diri karena pengunjung XT-Square ini cukup banyak. Pada 2018, jumlah kunjungan kami mencapai 1,29 juta wisatawan. Jika tidak ada yang berbelanja makanan, maka berarti ada hal yang perlu diperbaiki,” katanya.

Saat ini, lanjut Agus, pedagang di zona XT-Lane rata-rata menjual makanan dengan menu yang hampir sama, seperti minuman kemasan dan juga mi instan. “Belum ada yang unik. Kami sudah berkali-kali meminta mereka menyajikan menu makanan yang unik dan khas sehingga pembeli pun tertarik,” katanya.

Jika pedagang tidak bersedia atau tidak bisa membayar sewa sesuai tarif baru hingga batas akhir pembayaran, maka manajemen akan langsung memutus kontrak.

“Hingga saat ini, sudah ada beberapa yang membayar sewa dan memperpanjang kontrak dengan kami,” katanya.

Kontrak dengan pedagang dilakukan tiap tiga bulan sekali, begitu pula dengan pembayaran sewa dilakukan tiap tiga bulan sekali. “Kami pernah menerapkan pembayaran sewa satu bulan sekali. Tetapi tidak berjalan baik karena banyak pedagang yang utang dan utangnya semakin menumpuk hingga beberapa bulan,” katanya.

Saat ini, tercatat terdapat 24 pedagang di zona “XT-Lane” dan manajemen menyebut sudah ada 10 pelaku usaha yang menempati “waiting list” sebagai penyewa jika ada tempat yang kosong.

Sebelumnya, sejumlah pedagang mendatangi Forum Pemantau Independen (Forpi) Kota Yogyakarta untuk menyampaikan keluhan terkait rencana manajemen XT-Square yang menaikkan tarif dari semula Rp850.000 per bulan menjadi Rp1 juta per bulan.

Sementara itu, Koordinator Forpi Kota Yogyakarta Baharuddin Kamba mengatakan, akan menyampaikan rekomendasi kepada Pemerintah Kota Yogyakarta terkait hasil pertemuan dengan manajemen XT-Square. “Pengelolaan XT-Square membutuhkan koordinasi yang lebih baik lagi dengan pemerintah daerah serta komunikasi yang baik antara manajemen dengan penyewa,” katanya. ***1***

 

 

Pewarta :
Editor: Nusarina Yuliastuti
COPYRIGHT © ANTARA 2024