BPBD DIY pasang alat canggih pendeteksi longsor

id Longsor

BPBD DIY pasang alat canggih pendeteksi longsor

Ilustrasi, tanah longsor (Foto ANTARA) (Foto ANTARA/)

Yogyakarta,  (Antaranews Jogja)- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY memasang satu paket piranti canggih pendeteksi longsor di tiga desa di Kabupaten Bantul untuk mengantisipasi potensi longsor selama musim hujan.
     
"Pemasangan baru di tiga desa pada November, karena harganya juga mahal sehingga baru sebagai percontohan dulu," kata Kepala Pusat Pengendalian Operasional (Pusdalops) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY Danang Samsurizal di Yogyakarta, Minggu.
       
Menurut Danang satu paket piranti canggih pendeteksi gerakan tanah itu terdiri atas inklinometer yang berfungsi mengukur kemiringan bidang tanah, ekstensometer untuk mendeteksi pergerakan tanah, serta Soil Moistur untuk mengukur kelembaban atau kadar air pada tanah.
       
Ia mengatakan hasil analisis potensi longsor melalui satu paket piranti canggih pendeteksi pergerakan tanah itu dapat dipantau setiap saat melalui telepon pintar atau gawai.
         
"Hasil pemantauan akan dikombinasikan melalui rumus robotik yang akan menyimpulkan seberapa mengancam potensi longsornya. Kami juga dapat membunyikan sirine melalui gawai dari sini ( Kantor BPBD DIY)," kata dia.
       
Lokasi pemasangan alat itu yakni Desa Selopamioro, Wonolelo (Kecamatan Imogiri), dan Srimanganti (Kecamatan Piyungan) Kabupaten Bantul.
     
Menurut Danang pemasangan alat di tiga lokasi itu baru menjadi percontohan. Ke depan alat canggih tersebut ditargetkan dapat dipasang di 16 kecamatan di Kabupaten Bantul, Gunung Kidul, Sleman, dan Kulon Progo di Daerah Istimewa Yogyakarta yang dinilai memiliki risiko tinggi menghadapi bencana tanah longsor selama musim hujan.
       
"Saya berharap nanti bisa dipasang di 16 kecamatan," kata dia.
       
Berdasarkan pemetaan BPBD, kecamatan yang berisiko tinggi mengalami longsor meliputi Kecamatan Dlingo, Imogiri, Pleret, serta Piyungan (Bantul), Patuk Gedang Sari, Ngawen, Nglipar, Semin, Ponjong (Gunung Kidul), Kokap, Pengasih, Girimulyo, Samigaluh, Kalibawang (Kulon Progo), serta Prambanan (Sleman).
     
Danang mengatakan BPBD memetakan tingkat kerawanan longsor 16 kecamatan tersebut mengacu pada zona kawasan yang berpotensi mengalami gerakan tanah di Daerah Istimewa Yogyakarta yang dikeluarkan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral pada 2018. PVMBG mendata 64 kecamatan di Daerah Istimewa Yogyakarta terindentifikasi memiliki potensi gerakan tanah, mulai dari level menengah sampai tinggi.
     
Danang mengimbau warga mewaspadai tanda-tanda risiko tanah longsor seperti retakan tanah di lereng atau pinggiran sungai; sumber mata air baru; serta suara gemuruh. "Apabila menemukan tanda-tanda, itu masyarakat bisa melaporkan kepada tim reaksi cepat (TRC) atau relawan setempat," kata dia.
Pewarta :
Editor: Victorianus Sat Pranyoto
COPYRIGHT © ANTARA 2024