Kulon Progo revitalisasi tujuh pasar rakyat

id Pasar rakyat

Kulon  Progo revitalisasi tujuh pasar rakyat

Pedagang Pasar Tradisional Kenteng Nangguoan, Kabupaten Kulon Progo, harus berjualan ditempat becek karena tidak mendapat lokasi berjualan. (Foto Antara/Istimewa)

Kulon Progo (Antaranews Jogja) - Pemerintah Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, selama 2018, telah merevitalisasi tujuh pasar rakyat untuk meningkatkan daya saing dan pendapatan pedagang.
     
Kepala Dinas Perdagangan Kulon Progo Krissutanto di Kulon Progo, Selasa, mengatakan delapan pasar rakyat yang direvitalisasi dengan APBD kabupaten meliputi Pasar Jombokan (Pengasih), Pasar Glaeng (Temon) dan Pasar Jagalan, kemudian dari Dana Alokasi Khusus (DAK) diantaranya Pasar Kenteng (Nanggulan), Pasar Ngentakrejo (Lendah), Pasar Kranggan (Galur), dan Pasar Ngaglik.
   
"Revitalisasi dan rehabilitasi pasar akan terus berlanjut. Terutama merenovasi bangunan pasar yang masih banjir agar tidak lagi terkesan kumuh dan posisi tempat sampah yang belum sesuai harapan. Kedepan, pasar rakyat harus bersaing dengan pusat-pusat perbelanjaan lainnya," katanya.
   
Ia mengatakan pada 2019, ada dua pasar rakyat yang akan direvitalisasi menggunakan DAK melalui Kementerian Perdagangan, yakni Pasar Jagalan dan Pasar Samigaluh.
   
 "Kami mengusulkan beberapa pasar rakyat yang membutuhkan direvitalisasi, namun hanya disetujui dua pasar. Anggaran dari APBD kabupaten hanya bisa digunakan untuk sarana penunjang," katanya.
     
Selain itu, dalam waktu dekat, lanjut Krissutanto, Disdag akan memodifikasi Pasar Wates menjadi pasar induk berstandar nasional Indonesia (SNI). Hal itu dilakukan untuk menopang kebutuhan masyarakat luas sekaligus menyambut kehadiran New Yogyakarta International Airport (NYIA).
     
Saat ini Pasar Wates masih belum SNI. Disdag akan melakukan modifikasi dengan mempertimbangkan komponen seperti parkiran, tempat sampah, toilet, keamanan, kenyamanan. Menurut dia, luasan pasar mencukupi untuk dilakukan modifikasi.
   
Ia menilai modifikasi akan membutuhkan detail desain teknis yang baru, sehingga saat ini Disdag mulai berproses mencari referensi dari sejumlah pasar di luar Kulon Progo. Namun desain bangunan akan tetap mengadaptasi sentuhan tradisi atau budaya Kulon Progo.
     
"Rencananya, kami akan membuat detail desain teknis (DED), termasuk di sana nanti dilihat lagi, seperti apa nanti zonasi dan penambahan lantai. Target kami kira-kira dua tahun terwujud," kata dia.
   
Menurut dia, Kota Wates sebagai ibu kota kabupaten, ke depan harus memiliki pasar induk, lanjut dia. Lewat modifikasi pasar Wates menjadi pasar induk dan SNI, diharapkan pasar tersebut mampu menjamin ketersediaan kebutuhan pokok, seiring akan terjadinya lonjakan jumlah penduduk dengan adanya NYIA. Bahkan bukan hanya ketersediaan sembilan bahan pokok, melainkan keseluruhan komunitas perdagangan.
   
"Itu sebabnya yang ditingkatkan bukan hanya sarpras, sumber daya manusia tapi keseluruhan komunitas perdagangan. Ini harus disikapi, tuntutan," kata dia.
     
Sementara itu, Ketua Komisi II DPRD Kulon Progo Sarkowi mengatakan revitalisasi pasar rakyat sangat mendesak. Hal ini disebabkan toko jejaring sudah mulai menjamur di kecamatan-kecamatan.
     
"Benteng utama menghadapi gempuran toko jejaring adalah revitalisasi pasar rakyat. Hal ini bertujuan pasar menjadi tempat transaksi, dan juga rekreasi," katanya.