Warga mengeluhkan kondisi Alun-Alun Selatan Yogyakarta

id Alun-Alun Selatan, Yogyakarta

Warga mengeluhkan kondisi Alun-Alun Selatan Yogyakarta

Ilustrasi suasana Alun-Alun Selatan Yogyakarta (ANTARA/Eka Arifa Rusqiyati)

Yogyakarta (ANTARA) - Warga dari sejumlah kampung yang sudah mendeklarasikan diri sebagai kampung panca tertib di sekitar Alun-Alun Selatan Yogyakarta mengeluhkan kondisi alun-alun yang dinilai semakin meresahkan khususnya dari aspek sosial dan lingkungan.

“Kami berharap, seluruh komunitas yang berada di kawasan Alun-Alun Selatan Yogyakarta bisa duduk bersama dan berkomitmen untuk menjaga Alun-Alun Selatan agar tetap tertib, baik dari aspek sosial maupun lingkungan,” kata Ketua Kampung Panca Tertib Ngadisuryan Kecamatan Kraton Edi Suyudono di Yogyakarta, Kamis.

Menurut dia, berbagai keluhan yang muncul di antaranya mengenai kondisi kebersihan Alun-Alun Selatan yang dipenuhi sampah tusuk satai serta keberadaan tempat yang tersembunyi dan gelap juga berpotensi pada terjadinya berbagai hal yang tidak diinginkan.

Ia menyebut, sampah tusuk satai di Alun-Alun Selatan tersebut sulit dibersihkan karena jumlahnya ratusan dan tiap hari ada saja sampah baru yang muncul. Tusuk satai tersebut juga terkadang melukai kaki anak sekolah yang kebetulan memanfaatkan Alun-Alun Selatan sebagai lokasi pelajaran olahraga.

“Sudah kami bersihkan tiap hari, tetapi tetap saja ada tusuk satai yang baru karena tiap malam pasti ada yang makan satai atau cilok dan membuang tusuknya sembarangan,” katanya.

Oleh karena itu, lanjut dia, kampung panca tertib di sekitar Alun-Alun Selatan Yogyakarta yaitu Kampung Ngadisuryan, Kampung Patehan, Kampung Gamelan dan Kampung Ngasem mencoba berkomunikasi dengan seluruh komunitas serta pelaku usaha di Alun-Alun Selatan untuk menjaga suasana agar tetap tertib dan nyaman.

“Selain sampah, kami juga berharap ada kesepakatan mengenai jumlah dan jam operasional atraksi wisata maupun kegiatan ekonomi di Alun-Alun Selatan. Misalnya odong-odong. Jumlahnya sudah banyak dan terkadang mereka bisa beroperasi hingga pukul 02.00 dini hari,” katanya.

Keramaian di Alun-Alun Selatan Yogyakarta, lanjut dia, akan meningkat cukup signifikan pada hari-hari tertentu yaitu tiap akhir pekan dan saat libur panjang. “Masyarakat atau warga yang memiliki rumah di kawasan tersebut pasti kesulitan saat akan masuk rumah karena kondisi Alun-Alun Selatan yang sangat ramai,” katanya.

Hasil dari pertemuan dengan berbagai komunitas dan pelaku usaha di kawasan Alun-Alun Selatan tersebut, lanjut Edi, juga akan disampaikan ke salah satu kerabat Keraton Yogyakarta yaitu GBPH Prabukusuma yang juga tinggal di kawasan tersebut.

Sementara itu, Kepala Bidang Perlindungan Masyarakat Satuan Polisi Pamong Praja Kota Yogyakarta Bayu Laksmono mengatakan, upaya untuk penertiban dan penataan di kawasan Alun-Alun Selatan sudah dilakukan, salah satunya melarang bendi.

“Dulu sudah pernah dilarang. Harapannya, tidak muncul lagi. Semua membutuhkan komitmen dari komunitas dan pelaku usaha di kawasan itu,” katanya.

Sedangkan mengenai kondisi lingkungan yang dipenuhi banyak sampah seperti tusuk satai sehingga membahayakan warga yang beraktivitas, Bayu menyebut jika pedagang diwajibkan menyediakan tempat sampah.

Pewarta :
Editor: Victorianus Sat Pranyoto
COPYRIGHT © ANTARA 2024