ACT DIY dan GIB salurkan 1 ton beras untuk Ponpes di Kulon Progo

id act,beras,santri,yogyakarta

ACT DIY dan GIB salurkan 1 ton beras untuk Ponpes di Kulon Progo

ACT DIY salurkan beras untuk santri di Yogyakarta. (FOTO ANTARA/HO/ACT)

Yogyakarta (ANTARA) - Lembaga Kemanusiaan Aksi Cepat Tanggap (ACT) Daerah Istimewa Yogyakarta bersama Gerakan Infaq Beras (GIB) menggencarkan penyaluran beras untuk santri dengan target 10 ton  ke sejumlah pondok pesantren di DIY.

Dari target total 10 ton beras, ACT dan GIB melalui program Beras untuk Santri telah menyalurkan 3 ton beras di DIY. Sebanyak 1 ton beras di antaranya didistribusikan di dua pondok pesantren di pelosok Kokap, Kulon Progo, pada Rabu (30/10) yakni Panti Asuhan Ashshidiqiyah di Desa Hargowilis dan Ponpes Nurul Quran di Desa Hargorejo.

"Sasaran program ini adalah pesantren-pesantren yang berada di pedalaman atau di pelosok yang masih memiliki keterbatasan insfrastruktur maupun kebutuhan pangan," kata Koordinator program ACT DIY Kharis Pradana melalui keterangan tertulis di Yogyakarta, Kamis.



Menurut dia, secara nasional gerakan beras untuk santri ini akan menyuplai kebutuhan beras santri sebanyak 210 ton setiap bulan di 21 Provinsi di Tanah Air. "ACT juga mengajak seluruh elemen masyarakat untuk bergabung dalam gerakan ini melalui bit.ly," kata dia.

Kharis mengatakan akan melanjutkan program Beras untuk Santri dengan pembangunan sumur wakaf untuk memenuhi kebutuhan air bersih santri. "Mohon doa dan dukungan semoga setelah ini akan kami lanjutkan dengan pembangunan sumur wakaf untuk memenuhi kebutuhan air bersih di ponpes Nurul Quran," kata Kharis.



Panti Asuhan Ashshidiqiyyah yang dipimpin oleh Ustad Tulus memiliki 45 santri yang merupakan anak yatim piatu dan dhuafa. Panti asuhan sekaligus ponpes yang menggratiskan seluruh biaya untuk santrinya ini terletak di tepi Waduk Sermo yang menempati bekas gedung sekolah dasar (SD).

Sedangkan Pondok Pesantren Nurul Quran yang diasuh oleh Kiai Nur Wahid memiliki 180 santri yang kebanyakan merupakan anak-anak yang ditinggal oleh orang tuanya, misalnya ditinggal bekerja di luar negeri menjadi TKW.

Para santri Nurul Quran tinggal di asrama yang sederhana dan makan sehari-hari pun juga sederhana. Meskipun pihak pondok telah memungut iuran Rp125.000 tiap anak per bulan, namun hal ini masih kurang untuk kebutuhan santri seperti kebutuhan makan tiga kali sehari, ditambah ada wali santri atau orang tua santri yang menunggak pembayaran.

"Dengan program beras untuk santri ini kami merasa sangat terbantu, minimal untuk kebutuhan beras kami sudah tidak perlu berpikir lagi sehingga lauk dan sayur bisa lebih ditingkatkan kualitasnya. Saat ini kami juga masih memiliki permasalahan air bersih, di mana air yang dipakai untuk minum dan cuci adalah air dari sungai yang tidak layak," kata Nur Wahid, pengasuh Pondok Nurul Quran.