Menperin sebut virus corona bisa berdampak terhadap sektor manufaktur

id menperin,industri pengolahan,virus corona

Menperin sebut virus corona bisa berdampak terhadap sektor manufaktur

Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita. ANTARA/HO Kemenperin/am.

Jakarta (ANTARA) - Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan bahwa munculnya virus corona bisa memberikan dampak terhadap  pertumbuhan industri pengolahan dalam jangka pendek.

"Sekarang dengan adanya virus corona, tentu akan berpengaruh pada sektor industri," kata Agus Gumiwang saat ditemui di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Rabu.

Menperin mengatakan wabah tersebut dapat mengurangi pasokan bahan baku atau bahan modal dari China yang dibutuhkan oleh industri dalam negeri untuk mendorong produksi.

Di sisi lain, tambah dia, barang-barang produksi manufaktur nasional juga akan mengalami hambatan ekspor ke China karena akses perdagangan yang tertutup dan daya beli yang terbatas.

"Kita harus secara agresif mencari pasar-pasar non tradisional untuk menjual produk-produk kita," kata Menperin.



Meski demikian, Agus Gumiwang mengatakan pemerintah akan fokus untuk memperkuat daya saing industri dalam negeri dengan melakukan sejumlah pembenahan agar tidak terpengaruh virus corona.

Pembenahan itu antara lain menurunkan harga gas industri, membangun kawasan industri baru di luar Jawa dan memperkuat akses pembiayaan bagi Industri Kecil Menengah (IKM).

Selain itu, membuat sarana pengelolaan limbah industri dan menyiapkan fasilitas energi listrik serta air untuk menjaga kelancaran produksi.

Menperin optimistis melalui pembenahan itu target pertumbuhan industri manufaktur pada 2020 sebesar 5,3 persen dapat tercapai, apalagi sektor industri pengolahan pada 2019 hanya tercatat tumbuh 3,8 persen.



Peran industri pengolahan sangat besar kepada perekonomian karena merupakan penyumbang terbesar struktur Produk Domestik Bruto (PDB) yaitu mencapai 19,7 persen pada 2019.

Selain industri, struktur PDB juga disumbangkan oleh sektor perdagangan (13,01 persen), pertanian (12,72 persen), konstruksi (10,75 persen), pertambangan (7,26 persen) serta transportasi dan pergudangan (5,57 persen).