Pengusaha ayam goreng berharap DWS fasilitasi pemasaran

id pengusaha ayam goreng

Pengusaha ayam goreng berharap DWS fasilitasi pemasaran

Calon Bupati Sleman Nomor Urut 1 Danang Wicaksana Sulistya (DWS) mengunjungi dapur Ayam Goreng Pandoyo Endah di Bendan, Tirtomartani, Kalasan, Sleman (HO-Istimewa)

Yogyakarta (ANTARA) - Kelompok Pengusaha Ayam Goreng Maju Makmur berharap Calon Bupati Sleman Nomor Urut 1 Danang Wicaksana Sulistya (DWS) memfasilitasi pemasaran untuk mendongkrak penjualan dan mengembangkan usaha.

"Usaha ayam goreng ini terasa jalan di tempat, karena setelah ditetapkan sebagai sentra kami dilepas untuk berjuang sendiri menghadapi pasar," kata Ketua Kelompok Pengusaha Ayam Goreng Maju Makmur Pandoyo Yulianto.

Hal itu disampaikan Pandoyo kepada DWS saat mengunjungi sentra ayam goreng Kalasan di Padukuhan Bendan, Kelurahan Tirtomartani, Kecamatan Kalasan, Sleman, Kamis (8/10).

Menurut Pandoyo, warga Dusun Bendan yang mewarisi lezatnya bisnis ayam goreng secara turun temurun itu harus mencari pasarnya sendiri. Kisah sukses memang ada, seperti Nyonya Suharti dan Mbok Berek.

Namun, kata dia, tidak sedikit pula pengusaha ayam goreng yang berguguran karena minimnya dukungan.

"Secara merek kami menang, tapi kendala masih banyak. Misalnya, pemasaran dan tidak adanya etalase yang memadai untuk penjualan produk," katanya.

Meskipun telah kondang sebagai menu yang memiliki basis penggemar besar, menurut dia, ketiadaan etalase untuk pemasaran menjadi kendala yang sulit diatasi. Sejauh ini pengusaha hanya mengandalkan penjualan langsung ke pelanggan.

Pandoyo menuturkan sentra ayam goreng Dusun Bendan membutuhkan fasilitas untuk pemasaran. Dia mencontohkan, di Kota Yogyakarta, pengusaha bakpia, gudeg, dan berbagai jenis kuliner oleh-oleh lain diuntungkan dengan letak lokasi yang berada di pinggir jalan sehingga mudah dijangkau pembeli.

"Bendan ini jauh dari mana-mana, walaupun secara jarak tidak jauh dari rute wisata candi baik Prambanan, Candisari maupun Boko. Namun, karena tidak ada tempat, jadi yang datang juga sedikit," katanya.

Sekretaris Kelompok Pengusaha Ayam Goreng Maju Makmur Ibnu Nugroho menambahkan sentra ayam goreng di Bendan juga tidak mendapatkan penguatan sumber daya manusia (SDM) bidang jasa wisata.

"Nyaris seluruh pengusaha di dusun itu akhirnya hanya dapat mengadalkan promosi dan pemasaran masing-masing. Pinginnya kalau sini jadi sentra, ya minimal ada titik yang didesain untuk pasar ayam goreng," katanya.

Menanggapi hal itu, DWS menyebut Kecamatan Kalasan bersama Kecamatan Prambanan masuk dalam rencana pengembangan wisata berbasis budaya dan peninggalan sejarah.

Dia memastikan akan mencatat masukan dan usulan dari pengusaha ayam goreng Kalasan untuk digodok lebih lanjut.

"Saya ingin penataan dan pembangunan Sleman ke depan pendekatannya lebih 'bottom up'. Jadi saya turun mempelajari masalah, kendala dan mencatat keinginan masyarakat, dalam konteks kali ini kebetulan adalah pelaku usaha ayam goreng," kata DWS.

Politikus yang menggandeng maestro UMKM Raden Agus Choliq ini mengaku tidak akan membuat program tanpa melibatkan aspirasi masyarakat. Karena, menurut DWS, pembangunan yang dilakukan dengan paradigma "top down" (dari atas ke bawah) kerap tidak tepat sasaran.

Dalam kesempatan itu, DWS juga menyampaikan desain besar pariwisata terintegrasi yang diusungnya. Dalam desain itu, nantinya Sleman akan memiliki mekanisme untuk mendatangkan, mengakomodasi, dan melayani wisatawan agar mengeksplorasi Sleman.

"Bentuknya seperti terminal, tapi untuk turis. Jadi kita akan upayakan transportasi murah, bahkan kalau bisa gratis untuk jemput bola. Pelancong kita jemput di bandara dan stasiun ke terminal turis. Nah di situ nanti akan ada penjualan kamar hotel, paket tur, termasuk makanan dan oleh-oleh," katanya.

"Terminal turis itu nantinya akan berfungsi sebagai hub yang mempertemukan wisatawan dengan kebutuhannya, baik akomodasi, transportasi maupun atraksi," katanya.

Selain mengupayakan terminal, menurut dia, pemerintah juga dapat menyediakan armada yang akan menghubungkan terminal dengan kawasan wisata di pelosok Sleman.

"Misalnya armada wisata untuk rute ke Kalasan dan Prambanan diatur supaya mengunjungi sentra ayam goreng Bendan ini," ujarnya.

Namun, masyarakat juga harus menyambut program itu dengan menyiapkan wilayahnya agar menjadi destinasi yang menarik terlebih dahulu. Terkait bentuk dan kemasannya, DWS menyerahkan itu pada pemangku kepentingan masing-masing destinasi.

Tak hanya persoalan pemasaran ayam goreng, Pandoyo dan Ibnu juga meminta DWS-ACH jika memenangi kontestasi agar membantu para pengusaha makanan yang selama ini merasa diberatkan oleh berbagai birokrasi dan perizinan.

Mereka mencontohkan, pengurusan sertifikat halal yang tidak saja prosesnya berbelit, tapi juga biayanya yang cukup memberatkan.

"Saya tampung, saya catat dulu. Sekarang saya belum memiliki kewenangan apapun untuk membantu terkait perizinan dan birokrasi. Tapi satu yang pasti, jika tidak sulit, 'mbok' ya jangan dipersulit," ujar DWS.

Selain persoalan tersebut, Pandoyo juga menyampaikan keinginan warga Bendan untuk membuat desa wisata. Dia meminta komitmen DWS jika berhasil memenangi pemilihan kepala daerah, untuk tidak menjadikan masyarakat kecil hanya sebagai objek pembangunan.

"Pasti, karena memajukan Sleman butuh peran semua pihak," kata DWS.
Pewarta :
Editor: Herry Soebanto
COPYRIGHT © ANTARA 2024