Gunung Merapi memasuki fase erupsi 2021

id Merapi,Erupsi,Magma,2021,Yogyakarta,Gunung Merapi masuki fase erupsi 2021

Gunung Merapi memasuki fase erupsi 2021

Titik api diam terlihat dari lereng Gunung Merapi Desa Kinahrejo, Cangkringan, Sleman, DI Yogyakarta, Selasa (5/1/2020). Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) menyebutkan Gunung Merapi telah mengalami fase erupsi. ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah/hp.

Yogyakarta (ANTARA) - Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) menyatakan Gunung Merapi di perbatasan Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta mulai memasuki fase erupsi 2021.

"Secara teknis bisa dikatakan Gunung Merapi sudah memasuki fase erupsi tahun 2021," kata Kepala BPPTKG Hanik Humaida saat jumpa pers secara virtual di Yogyakarta, Selasa.

"Namun ini baru awal indikasi, proses ekstrusi magma (keluarnya magma ke permukaan) masih akan terjadi berdasarkan data seismik dan deformasi yang masih tinggi," kata dia.

Tingkat aktivitas vulkanik yang masih tinggi disertai dengan munculnya guguran lava pijar dan titik api diam pada Senin (4/1) malam, menurut dia, menjadi indikasi awal Gunung Merapi memasuki fase erupsi.

Pada tanggal 4 Januari 2021 pukul 19.50 WIB terjadi guguran yang tercatat di seismogram dengan amplitudo 33 mm dan durasi 60 detik.

"Kemudian kita telusuri terus. Kita pastikan apakah benar-benar lava pijar atau tidak dan kita sudah bisa memastikan bahwa itu lava pijar dan api diam," kata dia.

Berkaitan dengan hal tersebut, Hanik menyimpulkan lava pijar telah muncul di dasar Lava 1997. "Jadi magma sudah muncul di permukaan," kata dia.

Pendaran sinar di Gunung Merapi sebelumnya sudah teramati melalui CCTV di Tunggularum dan kamera thermal di Panguk pada 31 Desember 2020 pukul 21.08 WIB sebagai indikasi awal bakal munculnya titik api diam dan lava pijar.

Selain ditandai kemunculan lava pijar dan titik api diam, menurut dia, indikasi memasuki fase erupsi ditunjukkan dengan keberadaan gundukan di puncak Gunung Merapi yang diduga merupakan material baru.

"Ini harus terus kita perhatikan. Kalau ini (gundukan) berkembang maka ini adalah kubah lava baru," ujar Hanik.

 
Gunung Merapi mengeluarkan lava pijar yang tampak dari Purwobinangun, Pakem, Sleman, Yogyakarta, Selasa (5/1/2021). Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) menyatakan saat ini Gunung Merapi telah mengalami fase erupsi. ANTARA FOTO/Ranto Kresek/sgd/pras. 

Selain itu, terdapat pengangkatan atau penggembungan di area puncak Merapi yang terpantau dari satelit. Ini mengakibatkan sebagian material di puncak mengalami longsor ke arah barat daya.

Hanik menuturkan perilaku Gunung Merapi saat ini berbeda dengan erupsi pada 2006.

Menjelang munculnya kubah lava pada 2006, deformasi atau perubahan bentuk Gunung Merapi mengalami penurunan, meski intensitas gempa fase banyak (MP) meningkat.

"Sedangkan sekarang, meski indikasi magma sudah di permukaan, tapi EDM (deformasi) masih terus terjadi," kata dia.

Meski berdasarkan data pemantauan sampai saat ini diperkirakan tidak akan sebesar erupsi tahun 2010, menurut dia, kemungkinan terjadinya erupsi yang bersifat eksplosif (letusan) masih ada.

Karena itu, menurut dia, hingga kini BPPTKG mempertahankan status Gunung Merapi pada Level III atau Siaga. Potensi bahaya akibat erupsi Merapi diperkirakan maksimal dalam radius lima kilometer dari puncak.

Terkait potensi bahaya guguran lava, Hanik menyebutkan memiliki potensi mengarah ke bukaan kawah atau ke arah Kali Gendol. Kendati demikian, tidak menutup kemungkinan ke arah barat, barat laut atau ke Kali Senowo, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.

Ia meminta pelaku wisata agar tidak melakukan kegiatan wisata di kawasan rawan bencana (KRB) III, termasuk kegiatan pendakian ke puncak Gunung Merapi.

"Pemerintah Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta; Kabupaten Magelang, Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Klaten, Jawa Tengah juga diminta mempersiapkan segala sesuatu yang terkait dengan upaya mitigasi bencana akibat letusan Gunung Merapi yang bisa terjadi setiap saat," kata Hanik.

Pemerintah Kabupaten Sleman telah merespons  peningkatan aktivitas Merapi dengan memperpanjang masa tanggap darurat bencana erupsi Gunung Merapi hingga 31 Januari 2021.

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sleman Joko Supriyanto menyebutkan ada 240 warga dari kawasan Gunung Merapi yang mengungsi di tempat pengungsian Glagaharjo, Cangkringan, dan membutuhkan bantuan dari pemerintah daerah untuk memenuhi kebutuhan dasar.

"Sehingga Pemerintah Kabupaten Sleman direkomendasikan untuk melakukan mitigasi bencana akibat letusan Gunung Merapi yang bisa terjadi setiap saat," kata Joko.