Ancam keutuhan NKRI, Radikalisme-terorisme

id BNPT RI,Rycko Amelza Dahniel,Terorisme

Ancam keutuhan NKRI, Radikalisme-terorisme

20 mantan napiter saat mencatatkan rekor MURI pada kegiatan Seminar Nasional dan Pemecahan Rekor MURI “Pencegahan Paham Radikalisasi Bagi Mahasiswa Indonesia Menuju Generasi Emas 2045” di Universitas Semarang (USM), Kamis (9/11/2023). (ANTARA/HO-BNPT RI)

Jakarta (ANTARA) - Kepala BNPT Komjen Pol. Rycko Amelza Dahniel menegaskan bahwa radikalisme dan terorisme tidak sesuai dan mengancam keutuhan NKRI.

Hal ini disampaikan Rycko saat kegiatan 20 mantan narapidana terorisme (napiter) mencatatkan rekor Museum Rekor Indonesia (MURI) pada kegiatan Seminar Nasional dan Pemecahan Rekor MURI “Pencegahan Paham Radikalisasi Bagi Mahasiswa Indonesia Menuju Generasi Emas 2045” di Universitas Semarang (USM), Jawa Tengah, Kamis (9/11).

"Di mana paham radikal terorisme pada awalnya tumbuh dari bibit intoleransi yang merupakan sikap dan pemikiran yang tidak bisa menerima perbedaan," kata Rycko dikutip dari rilis BNPT yang diterima di Jakarta, Sabtu.



Dia juga menyampaikan bahaya paham radikal terorisme yang dapat merusak lestarinya peradaban umat manusia dan merobek-robek kemanusiaan.

“Paham ini ajarkan kekerasan, menebar kebencian, melakukan kekejian dan kebiadaban kepada manusia tanpa pandang bulu bagi yang tidak mau mengikuti keinginan/ideologi mereka," ujarnya.

Menurut dia, ideologi ini sungguh meninggalkan realitas kehidupan umat manusia yang penuh dengan kasih sayang.

Rycko memberikan penghargaan dan apresiasi yang tinggi kepada Universitas Semarang (USM) sebagai universitas yang pertama kali mampu membangun infrastruktur dan mendeklarasikan diri sebagai kampus kebangsaan.

"Kampus USM menjadi pelopor kampus yang menjaga keindonesiaan," tambah dia.

Sementara itu, mantan napiter yang juga Ketua Yayasan Persadani Sri Pujimulyo Siswanto menceritakan latar belakang terpapar terorisme karena lemahnya pendidikan agama dalam keluarga. Ia kemudian tertarik untuk mengikuti kegiatan di masjid sekitar rumahnya untuk mendalami agama.

“Namun justru dari situlah saya mulai mengikuti pengajian yang mengajarkan pola pengajaran dan pembinaan keagamaan yang berbeda. Seiring berjalannya waktu muncullah sikap merasa benar sendiri, membatasi pergaulan dengan orang yang tidak sekomunitas dan mulai membenci pemerintah,” ungkap Sri Puji.

Setelah sekian lama mengikuti pengajian itu, Sri Puji pun bergabung dengan jaringan Noordin M. Top dan Dr. Azahari. Ia mengaku dua kali tersangkut pidana terorisme, yakni akhir tahun 2005 dan pertengahan 2010.

Pada kasus pertama, Puji terlibat terorisme karena menyembunyikan teroris Noordin M Top dan Dr Azahari. Kemudian kasus kedua, dia menyembunyikan Abu Tholut.


Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: BNPT: Radikalisme-terorisme ancam keutuhan NKRI
Pewarta :
Editor: Herry Soebanto
COPYRIGHT © ANTARA 2024