Kemenperin: Industri perhiasan menjadi salah satu sektor unggulan ASEAN

id BBSPJIKB Kemenperin ,Industri perhiasan ,Pelatihan desain perhiasan dan pemasaran ,ASEAN

Kemenperin: Industri perhiasan menjadi salah satu sektor unggulan ASEAN

Peserta dari negara negara ASEAN ikuti pelatihan Desain Perhiasan dan Pemasaran untuk UKM ASEAN-Hong Kong yang diadakan BBSPJIKB Kemenperin bersama ASEAN Free Trade Area di Yogyakarta. Senin (20/11/2023) (ANTARA/Hery Sidik)

Yogyakarta (ANTARA) - Balai Besar Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri Kerajinan dan Batik (BBSPJIKB) Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyebut bahwa industri perhiasan menjadi salah satu sektor yang diunggulkan bagi perekonomian Indonesia maupun negara-negara lain di ASEAN.

Pelaksana tugas (Plt) Kepala BBSPJIKB Kemenperin Hagung Eko Pawowo di Yogyakarta, Senin, mengatakan, hal tersebut ditunjukkan dengan jumlah total permintaan perhiasan pada 2022 di seluruh negara-negara ASEAN yang mencapai 77,8 ton.

"Jumlah ini tiga kali lipat lebih besar dibandingkan permintaan perhiasan di Hong Kong yang mencapai 22,4 ton," katanya dalam sambutan pada Pelatihan Desain Perhiasan dan Pemasaran untuk UKM ASEAN-Hong Kong yang diadakan BBSPJIKB Kemenperin bersama ASEAN Free Trade Area di Yogyakarta.

Menurut dia, industri perhiasan di negara-negara ASEAN telah berkembang cukup lama, terutama  di Indonesia, Thailand, dan Malaysia yang memiliki sejarah panjang dalam produksi perhiasan dan memiliki perajin perhiasan yang terampil.

Meski demikian, kata dia, industri perhiasan yang didominasi oleh industri kecil dan menengah (IKM) di ASEAN tengah menghadapi tantangan global terkait pengembangan sumber daya manusia (SDM) di bidang desain dan marketing.

"Hal inilah yang mendorong diselenggarakan kegiatan yang terdiri dari dua kegiatan utama yaitu Training on Jewellery Design and Marketing For Sme’s In The Jewellery Sector dan Comprehensive Mapping for Industrial Jewelry in ASEAN," katanya.

Kegiatan training di Yogyakarta  selama  20-27 November 2023 ini diikuti oleh 22 orang dari negara anggota ASEAN, seperti Indonesia, Kamboja, Laos, Myanmar, Filipina, dan Thailand, sementara Singapura, Malaysia, Brunei, dan Vietnam tidak mengirimkan peserta.

Dia mengatakan, kegiatan training ini merupakan salah satu bagian dari ECOTECH Work Programme berfokus pada penyediaan pelatihan dan kerja sama di bidang pembangunan kapasitas guna membantu ekonomi anggota ASEAN mengambil manfaat dari perdagangan global.

Selain itu kata dia, untuk mengembangkan kapasitas institusional dan personel sesuai dengan potensi ekonomi masing-masing.

Pihaknya berharap, program ini dapat menjadi langkah maju dalam meremajakan perdagangan dan investasi perhiasan di era pascapandemi.

"Hal ini juga mempertimbangkan peran Hong Kong sebagai hub produk internasional di Asia yang memberikan peluang lebih besar untuk memasarkan produk perhiasan Indonesia di pasar global," katanya.

Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Kemenperin sebut industri perhiasan salah satu sektor unggulan ASEAN