Sebanyak 180 pengungsi Rohingya telantar di perbatasan Pidie-Aceh Besar
Banda Aceh (ANTARA) - Sebanyak 180 pengungsi Rohingya masih terkatung-katung atau telantar usai mendapatkan penolakan masyarakat sehingga mereka diturunkan di pinggir jalan kawasan Leungah perbatasan antara Kabupaten Pidie dan Aceh Besar.
“Sebanyak 180 pengungsi Rohingya diangkut dengan truk dari Kantor DPRK Pidie sekitar pukul 01.30 WIB, ke Leungah, Kabupaten Pidie, dan diturunkan di pinggir jalan,” kata Senior Communications Assistant UNHCR, Yanuar yang dikonfirmasi dari Pidie, Jumat.
Etnis Rohingya tersebut sebelumnya menempati tempat sementara di pesisir Gampong Blang Raya Kecamatan Muara Tiga, Laweung, Kabupaten Pidie, kemudian diangkut oleh warga menggunakan empat truk ke Kantor DPRK Pidie.
Setelah itu, dari Kantor DPRK hendak kembali dibawa ke wilayah Laweung, tetapi kembali mendapat penolakan hingga akhirnya diturunkan di pinggir jalan.
Yanuar menuturkan bahwa kondisi para pengungsi itu sudah sangat memprihatinkan, apalagi 50 persen di antaranya merupakan anak-anak.
“Sekarang UNHCR mencoba koordinasi dengan pemerintah untuk menemukan solusi alternatif terbaiknya, detail kondisi di sana baik tenda dan lainnya juga belum update karena di sana ada tim lain,” ujarnya.
Tim, kata Yanuar, masih terus berupaya mencari lokasi penampungan sementara untuk para pengungsi tersebut, termasuk dari kelompok lainnya yang masih berada dalam situasi tidak layak.
“Sebanyak 180 pengungsi Rohingya diangkut dengan truk dari Kantor DPRK Pidie sekitar pukul 01.30 WIB, ke Leungah, Kabupaten Pidie, dan diturunkan di pinggir jalan,” kata Senior Communications Assistant UNHCR, Yanuar yang dikonfirmasi dari Pidie, Jumat.
Etnis Rohingya tersebut sebelumnya menempati tempat sementara di pesisir Gampong Blang Raya Kecamatan Muara Tiga, Laweung, Kabupaten Pidie, kemudian diangkut oleh warga menggunakan empat truk ke Kantor DPRK Pidie.
Setelah itu, dari Kantor DPRK hendak kembali dibawa ke wilayah Laweung, tetapi kembali mendapat penolakan hingga akhirnya diturunkan di pinggir jalan.
Yanuar menuturkan bahwa kondisi para pengungsi itu sudah sangat memprihatinkan, apalagi 50 persen di antaranya merupakan anak-anak.
“Sekarang UNHCR mencoba koordinasi dengan pemerintah untuk menemukan solusi alternatif terbaiknya, detail kondisi di sana baik tenda dan lainnya juga belum update karena di sana ada tim lain,” ujarnya.
Tim, kata Yanuar, masih terus berupaya mencari lokasi penampungan sementara untuk para pengungsi tersebut, termasuk dari kelompok lainnya yang masih berada dalam situasi tidak layak.