Sleman (ANTARA) - Dinas Pariwisata Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta mengembangkan sektor pariwisata berbasis masyarakat atau "community-based tourism" (CBT) seperti halnya desa wisata.
"Di Sleman ini terdapat puluhan desa wisata, baik yang kategori mandiri, berkembang maupun rintisan desa wisata," kata Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Sleman Ishadi Zayid di Sleman, Sabtu.
Menurut dia, sebagai upaya pembinaan dan pendampingan desa wisata, tahun ini pihaknya melakukan klasifikasi desa wisata yang ada di Sleman.
"Diharapkan agar para pengelola desa wisata untuk mempersiapkan sebaik-baiknya sesuai dengan potensi riil yang dimiliki," katanya.
Ia mengatakan, dalam upaya pengembangan pariwisata berbasis masyarakat, sinergitas empat pilar pemangku kepentingan di tingkat kalurahan/desa perlu diperkuat untuk meningkatkan dan mengembangkan pariwisata.
"Empat pilar tersebut adalah Pemerintah Kalurahan, Badan Permusyawaratan Kalurahan, Badan Usaha Milik Kalurahan dan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis)," katanya.
Ishadi mengatakan, sektor pariwisata merupakan lokomotif pembangunan perekonomian daerah. Mengingat sektor pariwisata begitu dinamis dan dapat mengakomodir berbagai bidang pembangunan, sepertinya kebudayaan, pertanian, industri kreatif, kuliner, fashion, transportasi dan lainnya.
"Pada 2023 sektor pariwisata mampu menyumbang pendapatan asli daerah (PAD) Kabupaten Sleman yang cukup besar, yaitu sebesar Rp353,45 miliar atau 31,28 persen dari total PAD," katanya.
Dalam upaya penguatan desa wisata, di awal 2024 ini Dinas Pariwisata Kabupaten Sleman mengajak 30 orang dari jajaran perangkat Kapanewon (Kecamatan) Prambanan, para lurah dan pelaku pariwisata se-Kapanewon Prambanan mengunjungi Desa Wisata Tenganan Pegringsingan, Bali dan destinasi wisata lainnya yang dipimpin oleh Kepala Bidang Pengembangan SDM Dinas Pariwisata Kabupaten Sleman Nyoman Rai Safitri.
Panewu (Camat) Prambanan Siti Wahyu Purwaningsih yang mengikuti kegiatan tersebut mengajak para lurah di wilayahnya untuk lebih serius lagi memikirkan pembangunan pariwisata.
"Dimulai dengan menginventarisir potensi yang ada secara jeli untuk selanjutnya mengolah potensi tersebut dalam rangka mendukung sektor pariwisata," katanya.
Menurut dia, yang tidak kalah penting adalah membangun komitmen bersama antarpemangku kepentingan yang ada di wilayahnya serta mengimplementasikannya secara konsisten. Termasuk komitmen untuk mengalokasikan dan mengupayakan pendanaan sektor-sektor pendukung pariwisata melalui berbagai alternatif diantaranya dana keistimewaan, ADD, anggaran pokir dan lainnya.
"Selain itu penguatan kelembagaan dan sumber daya pariwisata juga merupakan sebuah keharusan yang perlu terus diupayakan dari waktu ke waktu," katanya.