Bali (ANTARA) - Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) mengusung skema proteksi subak di Bali yang tetap relevan dengan kepentingan ekonomi pariwisata.
"Yang namanya Subak adalah daerah yang sakral dan seterusnya, dia ada di hulu. Kalau bisa dikurangi yang namanya kunjungan yang datang ke sana, biarlah itu mengalir di bibirnya," kata Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek Hilman Farid dalam konferensi pers World Water Forum Ke-10 di Nusa Dua, Bali, Selasa.
Subak adalah sistem pengairan masyarakat Bali yang menyangkut hukum adat dan mempunyai ciri khas sosial, pertanian, keagamaan, dengan semangat gotong royong dalam usaha memperoleh air untuk kebutuhan tanaman pangan terutama padi dan palawija.
Namun, kata Hilman, subak saat ini hanya diperlakukan sebagai sistem irigasi untuk mengairi sawah bagi kepentingan panen, di tengah perkembangan industri serta tekanan penduduk yang semakin banyak.
Perlakuan tersebut berpotensi mengancam eksistensi subak, mengingat pariwisata di Bali cenderung mendatangkan orang dalam jumlah yang banyak sebagai tolok ukur keberhasilan, kata Hilman menambahkan.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Kemendikbud usung skema proteksi subak yang relevan bagi pariwisata
Berita Lainnya
PT Pelindo-Resorts World Cruises dongkrak pariwisata Indonesia
Rabu, 19 Juni 2024 17:55 Wib
PSSI mendukung timnas sepak bola jalanan capai prestasi di HWC 2024
Selasa, 18 Juni 2024 7:01 Wib
Pramuka dipertahankan Ponpes Gontor jadi ekstrakurikuler wajib
Minggu, 16 Juni 2024 6:30 Wib
wave to earth tur dunia gebrak fans
Selasa, 11 Juni 2024 11:28 Wib
Pengeluaran delegasi WWF Ke-10 Bali tembus Rp38,8 juta
Selasa, 4 Juni 2024 6:21 Wib
Disuguhi pentas tari di objek wisata Jatiluwih, partisipan WWF Ke-10 Bali
Minggu, 26 Mei 2024 7:28 Wib
Menteri PUPR Basuki undang "People's Water Forum" berdialog
Sabtu, 25 Mei 2024 14:48 Wib
Pergelaran "Cultural Night" agenda penutup WWF Ke-10 Bali
Jumat, 24 Mei 2024 15:52 Wib