Yogyakarta (ANTARA) - Dokter spesialis anak dr. Putri Perdani, Sp.A menekankan bahwa orang tua harus mengetahui apa saja yang menjadi penyebab alergi pada bayi dan bagaimana cara penanganannya.
"Kulit bayi masih tergolong sensitif, ditambah lagi dengan sistem imunnya yang rendah, sehingga si kecil rentan terkena alergi. Tak hanya sebatas pada kulit, alergi pada bayi juga dapat terjadi pada saluran pernapasan dan sistem pencernaannya," kata Putri Perdani dalam siaran pers yang diterima di Yogyakarta, Rabu.
Ia menjelaskan alergi merupakan kondisi dimana sistem kekebalan tubuh memiliki sensitifitas yang berlebih terhadap protein asing atau zat asing di mana bagi individu lain tidak berbahaya seperti telur, debu itu sebenarnya bukan hal berbahaya. Tetapi karena sistem kekebalan tubuh seseorang itu memiliki sensitifitas yang berlebih sehingga timbul alergi.
Ketika berbicara alergi pada bayi terlebih dahulu harus mengetahui tentang allergic march. Apakah itu Allergic march? Dokter yang berpraktik di RSU Hermina Pandanaran Semarang tersebut mengungkapkan Allergic march adalah perjalanan alergi.
Menurut dia, pada awal kehidupan manifestasi alergi yang sering timbul adalah kulit namanya dermatitis atopic. Selain dermatitis atopic, yang sering terjadi pada bayi adalah food alergi atau alergi makanan.
"Berdasarkan dari perjalanannya, diawali dengan kedua hal ini dermatitis atopic dan food alergi. Jika memiliki penyakit alergi akan berjalan. Maksudnya berjalan disini adalah bisa menjadi progresif bertambah berat. Atau pada usia lebih tua bisa berganti, misalnya awalnya memiliki alergi kulit berjalannya waktu alergi kulit ini akan hilang dan berganti dengan alergi yang lain. Biasanya pada yang anak lebih tua cenderung ke hidung, kena dingin akan bersin-bersin," katanya.
Berbicara perbedaan alergi dan kulit sensitive? Wanita yang berprofesi sebagai dokter spesialis anak ini menerangkan dermatitis atopic sebetulnya hampir mirip dengan sensitive. Hanya memang berbeda, jika yang disebut Dermatitis atopic biasanya berupa kulit kering, bersisik, kemerahan, gatal, yang kemudian akan hilang timbul dan berlangsung lama. Kalau alergi harus ada syarat-syaratnya yakni kronis, lama, memiliki gejala allergen yang sama, kuncinya ada riwayat alergi yang sama dengan keluarga.
Lebih lanjut, dokter yang berdomisili di Kota Semarang ini menuturkan jika sebetulnya alergi itu adalah penyakit turunan atau penyakit warisan. Genetiknya menurun atau terwarisi keanak cucunya. Ada yang namanya atopy, yakni kecendrungan seseorang atau keluarga menghasilkan antibody IgE sebagai respons terhadap allergen. Maksudnya ketika memiliki keluarga bisa menurunkan genetic alergi.
"Apabila kedua orang tuanya tidak memiliki riwayat alergi masih bisa beresiko menderita alergi 5 hingga 15 persen. Sedangkan jika kedua orangtua memiliki riwayat alergi yang sama, anaknya 60 hingga 80 persen kemungkinan menderita berisiko alergi yang sama. Tetapi apabila memiliki alergi salah satu dari orang tua memiliki alergi 20 hingga 30 persen berisiko muncul alergi. Berbeda lagi jika kedua orang tua memiliki alergi yang berbeda, 40 hingga 60 persen beresiko muncul alergi. Kedua orang tua tidak alergi, tetapi saudara kandung alergi 25 hingga 35 persen berisiko terkena alergi," ujarnya.
Putri Perdani mengatakan ada beberapa cara mengatasi alergi, yang pertama mengindentifikasi alergi yang dimiliki. Kemudian menghindari allergen yang dimiliki. Sebetulnya kuncinya adalah menghindari menghindari menghindari baru selanjutnya pakai obat. Alergi tidak akan kambung jika tidak tercetus untuk itu perlunya mengetahui faktor pencetusnya. Pencetusnya apa itulah yang dicari untuk segera ditangani.
Di sisi lain, ada manifestasi gatal misalnya gatalnya kronis dengan paparan allergen yang sejenis yang muncul saat dingin. Keluhan yang sama dengan paparan yang sejenis ditambah lagi riwayat keluarga yang sama. Tes alergi banyak jenisnya di antaranya skin test, IgE spesifik, dan test lainya.
Selain menghindari, berbicara tentang pengobatan dokter yang disapa Putri ini mengatakan hal ini tergantung dari manifestasi apa yang muncul kalau misalnya dermatitis atopic penyebabnya apa sebenarnya serta menghindari paparan dari allergen tersebut. Jika alergi pada kulit harus memberikan perlindungan untuk kulit, disarankan menggunakan moisturizer yang mengandung seramit. Gunanya seramit untuk melindungi barrier kulit supaya lebih bakoh tidak gampang terpapar allergen.
"Karena kulit yang kecendrungan kering gatal digaruk menimbulkan flesi kecil yang mudah dimasuki allergen yang bisa menyebakan keluhan yang lebih parah. Dermatitis atopic memiliki tingkatan, semakin parah maka pengobatannya akan semakin spesifik. Pada dasarnya ibu dan bapak cenderung dermatitis atopic sebaiknya menjaga barrier kulit dengan menggunakan moisturizer," tuturnya.
Ia berpesan cara mengenali alergi ada tiga kata kunci kronis sifatnya, berulang dengan paparan yang sejenis, adanya riwayat keluarga yang alergi. Apabila memang ada manfestasi alergi segera bawa anak kedokter untuk segera mendapatkan penanganan.
Berita Lainnya
Vitamin D cegah timbulnya alergi berulang pada anak
Sabtu, 7 September 2024 15:29 Wib
Prevalensi anak Indonesia terkena alergi susu tembus 7,5 persen
Rabu, 26 Juni 2024 16:04 Wib
Waspadai multimorbiditas jika rinitis alergi tak kunjung sembuh
Jumat, 26 April 2024 5:52 Wib
Hati-hati, gejala autoimun ditandai sering lelah hingga rambut rontok
Rabu, 28 Februari 2024 6:53 Wib
Penderita alergi lebih banyak di perkotaan daripada pedesaan
Rabu, 12 Juli 2023 9:54 Wib
Anak yang memiliki alergi sebaiknya tidak terlalu dikekang
Rabu, 10 Mei 2023 15:55 Wib
Tak alergi, PDIP bentuk koalisi Pilpres 2024
Minggu, 16 April 2023 6:28 Wib
Intoleransi laktosa berbeda dengan alergi susu sapi
Kamis, 13 Januari 2022 14:23 Wib