Yogyakarta (ANTARA) - Berbicara tentang kesehatan, salah satu penyakit yang sering dialami oleh masyarakat adalah alergi. Alergi banyak jenisnya, seperti alergi terhadap telur, susu dan makanan lainnya.
Di Indonesia, ada sekitar 53 persen orang mengalami alergi. Alergi paling sering terjadi pada orang berusia 15–55 tahun, tetapi bisa juga dialami oleh anak-anak dan lansia.
Alergi makanan adalah reaksi abnormal yang terjadi ketika sistem imun tubuh keliru mengidentifikasi protein dalam
makanan tertentu sebagai ancaman. Ini dapat menyebabkan berbagai gejala, mulai dari ringan hingga berat, dan dapat berpotensi mengancam jiwa. Berikut adalah informasi lebih lanjut mengenai penanganan dan obat yang direkomendasikan untuk alergi makanan.
Ikatan Dokter Indonesia (IDI) merupakan organisasi profesi bagi para dokter di Indonesia, didirikan pada tanggal
24 Oktober 1950. Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Bajawa adalah organisasi profesi yang mewakili para dokter di wilayah Bajawa, Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur.
IDI Bajawa berusaha untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan, mendukung pengembangan profesionalisme dokter, serta
memperjuangkan kepentingan anggotanya.
Saat ini IDI Bajawa sedang berkolaborasi dengan IDI Bandar Lampung dalam meneliti lebih lanjut terkait alergi makanan yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan lainnya. Faktor utama penyebab alergi makanan serta pengobatan yang tepat bagi penderitanya.
Apa saja penyebab seseorang menderita alergi terhadap makanan?
IDI (Ikatan Dokter Indonesia) Bajawa dengan alamat website idibajawa.org menjelaskan alergi makanan terjadi ketika sistem kekebalan tubuh keliru mengidentifikasi protein dalam makanan sebagai ancaman, yang memicu reaksi alergi. Berikut adalah penyebab utama seseorang menderita alergi terhadap makanan meliputi:
1. Reaksi alergi terhadap protein pada makanan
Alergi makanan disebabkan oleh respon imun terhadap protein tertentu dalam makanan. Ketika seseorang mengonsumsi makanan yang mengandung alergen, sistem imun merespons dengan memproduksi antibodi yang disebut Immunoglobulin E (IgE) untuk melawan protein tersebut, yang dianggap berbahaya.
2. Faktor keturunan atau genetik
Bagi seorang dengan riwayat keluarga alergi, seperti asma atau dermatitis atopik, memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami alergi terhadap makanan. Faktor genetik ini dapat mempengaruhi kecenderungan seseorang untuk mengembangkan alergi.
3. Faktor usia
Pada bayi dan anak-anak, alergi makanan lebih umum terjadi pada bayi dan anak-anak. Beberapa alergi dapat hilang seiring bertambahnya usia, tetapi alergi terhadap kacang tanah dan beberapa jenis makanan laut cenderung bertahan hingga dewasa.
4. Faktor gaya hidup serta lingkungan
Pola makan yang kurang sehat, kurangnya konsumsi antioksidan dari sayuran dan buah-buahan, serta gaya hidup yang tidak higienis dapat meningkatkan risiko terjadinya alergi makanan. Obesitas juga berkontribusi pada keadaan inflamasi yang dapat memicu reaksi alergi.
5. Adanya reaksi silang
Reaksi silang atau Cross Reactivity dapat terjadi pada individu. Misalnya, jika seseorang alergi terhadap susu sapi, mereka mungkin juga bereaksi terhadap susu kambing karena kemiripan protein pada kandungannya.
Apa saja obat yang direkomendasikan untuk mengobati alergi terhadap makanan?
IDI Bandar Lampung telah meneliti lebih lanjut terkait alergi makanan, Untuk mengobati alergi terhadap makanan, ada beberapa jenis obat yang direkomendasikan, tergantung pada tingkat keparahan reaksi alergi yang dialami. Berikut adalah obat-obatan yang umum digunakan meliputi:
1. Obat Antihistamin
Diphenhydramine merupakan obat Antihistamin yang dapat mengobati gejala alergi dan reaksi alergi. Obat ini juga dapat mencegah dan mengobati mabuk perjalanan atau gejala penyakit Parkinson. Obat ini merupakan jenis obat antihistamin.
2. Obat Kortikosteroid
Prednisolon adalah obat yang mengandung hormon kortikosteroid buatan. Obat ini berguna untuk mengobati beberapa kondisi, seperti radang sendi, gangguan pada darah, masalah sistem imunitas, alergi, masalah pernapasan, alergi parah hingga kanker.
3. Obat Dekongestan
Dekongestan dapat digunakan jika alergi menyebabkan hidung tersumbat. Contoh dekongestan termasuk pseudoephedrine, yang bekerja dengan mengurangi pembengkakan di saluran hidung.
Sebelum menggunakan obat-obatan ini, penting untuk berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan diagnosis yang tepat dan rekomendasi pengobatan sesuai dengan kondisi individu. Selain itu, individu dengan alergi makanan harus selalu memeriksa label makanan dan menghindari alergen yang diketahui untuk mencegah reaksi alergi.
Dapatkan tips kesehatan lainnya dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Bandar Lampung beralamat idibandarlampung.org serta konsultasi kesehatan secara gratis.