Gusdurian gelar simposium memperkuat kebebasan beragama-berkeyakinan

id Gusdurian,Yogyakarta,Simposium Best

Gusdurian gelar simposium memperkuat kebebasan beragama-berkeyakinan

Pembukaan Simposium Beda Setara (Best) di Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga, Yogyakarta, Kamis (14/11/2024) (ANTARA/HO-Gusdurian)

Yogyakarta (ANTARA) - Jaringan Gusdurian atau komunitas pengagum presiden keempat Indonesia, Abdurrahman Wahid atau Gus Dur menggelar Simposium Beda Setara (Best) di Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga, Yogyakarta, Kamis, untuk memperkuat kebebasan beragama dan berkeyakinan (KBB).

"Kami meyakini ini menjadi salah satu upaya bagaimana isu KBB harus terus dikampanyekan, dibicarakan banyak orang," ujar Koordinator Sekretariat Nasional Jaringan Gusdurian Jay Akhmad dalam keterangan tertulis di Yogyakarta, Kamis.

Melalui simposium tersebut, kata Jay, kebebasan beragama dan berkeyakinan diperjuangkan sebagai hak konstitusi yang harus dijamin, tidak sekadar dalam bentuk harmonisasi semata.

Dia berharap, acara tersebut mampu menjadi ruang untuk memperdalam, memperluas, serta memperkuat jaringan gerakan KBB.

Simposium ini menghadirkan tokoh agama, praktisi KBB, dan civitas akademika untuk merumuskan strategi baru serta rekomendasi bagi penguatan gerakan KBB di Indonesia.

"Ada tiga hal yang dilakukan, memperdalam di tingkatan basis, memperluas di tingkatan jejaring, dan memperkuat di level kebijakan," kata dia.

Rektor UIN Sunan Kalijaga Noorhaidi menyatakan bahwa semangat "Beda Setara" yang digagas Jaringan Gusdurian telah menjadi nilai yang lekat dengan UIN Sunan Kalijaga.

"Ketika gagasan penyelenggaraan ini disampaikan kepada saya, saya langsung menyambut baik dan mendukung 100 persen penyelenggaraan ini, karena 'DNA' UIN Sunan Kalijaga adalah Beda Setara," ujar dia.

Sementara itu, Direktur Jaringan Gusdurian Alissa Wahid menyampaikan bahwa menggaungkan isu KBB di ranah publik merupakan kebutuhan urgen.

Ia menilai, gagasan Bhineka Tunggal Ika belum sepenuhnya tercermin dalam perlindungan hak beragama bagi seluruh warga negara.

"Kita selalu membanggakan slogan Bhineka Tunggal Ika, namun realitanya pemenuhan hak beragama belum merata. Dengan simposium ini, kita berharap dapat mempertajam strategi untuk mencapai pemenuhan hak warga negara yang utuh," ujar Alissa.

Simposium Beda Setara nantinya akan menghasilkan rekomendasi yang diharapkan dapat memberikan panduan untuk mewujudkan keadilan dan kesetaraan hak beragama dan berkeyakinan di Indonesia.



Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Gusdurian gelar simposium perkuat kebebasan beragama-berkeyakinan