IDI berikan informasi dan pengobatan terkait penyakit impotensi pada pria

id impotensi,idi

IDI berikan informasi dan pengobatan terkait penyakit impotensi pada pria

Foto ilustrasi (ANTARA/HO-peakSTOCK dari iStockphoto)

Yogyakarta (ANTARA) - Berbicara tentang penyakit, salah satu penyakit yang berbahaya bagi pria adalah impotensi atau disfungsi ereksi merupakan sebuah kondisi di mana seorang pria mengalami kesulitan untuk mencapai atau mempertahankan ereksi yang cukup untuk melakukan hubungan seksual. Penyakit ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor fisik dan psikologis. 

Ikatan Dokter Indonesia (IDI) merupakan wadah profesi bagi para dokter di Indonesia, didirikan pada tanggal 24 Oktober 1950.  IDI Kota Bekas dengan alamat website idibekasi.org  melakukan kolaborasi dengan IDI Kota Bogor dengan alamat website idibogor.org  menjelaskan bahwa impotensi merupakah salah satu penyakit yang terjadi akibat adanya gangguan pada sistem kardiovaskular sehingga dapat mengurangi aliran darah ke penis. Selain itu bagi penderita diabetes, diabetes pada umumnya dapat merusak saraf dan pembuluh darah.

Ikatan Dokter Indonesia (IDI) juga menjelaskan bahwa secara umum impotensi dapat memengaruhi kualitas hubungan seksual bagi penderitanya. Hal ini terjadi karena impotensi berisiko menurunkan gairah seksual serta membuat penderitanya kesulitan untuk mencapai klimaks ketika sedang melakukan hubungan seksual.

IDI saat ini telah fokus untuk  melakukan penelitian lanjutan terkait impotensi, apa saja gejala terjadinya impotensi, kemudian rekomendasi obat yang dapat diberikan bagi penderitanya.

Apa saja gejala seseorang pria mengidap penyakit impotensi?

Foto ilustrasi (ANTARA/HO-Wasan Tita dari iStockphoto)


Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menjelaskan bahwa impotensi dapat menyerang sebagian pria dan resikonya cukup besar. Gejala seseorang yang mengidap penyakit impotensi, atau disfungsi ereksi, dapat bervariasi, tetapi umumnya mencakup beberapa tanda meliputi:

1. Sulit menjaga ereksi saat berhubungan seksual
Bagi penderita impotensi, pastinya sulit menjaga ereksi saat berhubungan seksual dikenal sebagai disfungsi ereksi (DE) atau impotensi. Kondisi ini ditandai dengan ketidakmampuan untuk mendapatkan atau mempertahankan ereksi yang cukup keras untuk melakukan hubungan seksual.

2. Ereksi loyo atau tidak keras
Beberapa pria mungkin dapat mengalami ereksi, tetapi tidak cukup keras untuk penetrasi. Ereksi yang didapat juga tidak dapat bertahan lama.

3. Penurunan gairah seksual atau libido
Banyak pria dengan disfungsi ereksi juga mengalami penurunan minat dalam aktivitas seksual, yang dapat disebabkan oleh faktor fisik atau psikologis.

4. Masalah ejakulasi
Penderita impotensi mungkin mengalami masalah ejakulasi, baik itu ejakulasi dini (lebih cepat dari yang diinginkan) atau ejakulasi tertunda (membutuhkan waktu lebih lama untuk ejakulasi).

Apa saja obat yang direkomendasikan untuk pengidap impotensi?

Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menjelaskan bahwa pengobatan impotensi melibatkan berbagai jenis obat yang digunakan. Untuk mengatasi impotensi, beberapa obat yang direkomendasikan meliputi:

1. Ericfil 50 mg Odf
Obat ini mengandung sildenafil citrate 50 mg, yang bekerja sebagai penghambat PDE-5 untuk meningkatkan aliran darah ke alat kelamin pria, sehingga mempertahankan ereksi.

2. Topgra 100 mg 1 Tablet
Topgra adalah obat yang mengandung sildenafil citrate 100 mg, yang membantu memaksimalkan penis untuk ereksi saat hubungan seksual berlangsung. Dosis maksimal per hari adalah 100 mg dan dapat diminum 1 jam sebelum aktivitas seksual.

3. Viastar Blue
Viastar blue merupakan salah satu obat yang memiliki kandungan bahan aktif Sildenafil. Sildenafil merupakan obat yang digunakan untuk mengatasi disfungsi ereksi atau impotensi pada pria. Obat ini bekerja dengan cara meningkatkan aliran darah ke penis selama rangsangan seksual sehingga menyebabkan ereksi.

Sebelum menggunakan obat-obatan ini, sangat penting untuk berkonsultasi dengan dokter untuk memastikan bahwa obat tersebut aman dan sesuai dengan kondisi kesehatan Anda. Penggunaan obat-obatan ini harus di bawah pengawasan dokter untuk meminimalisir efek samping dan memastikan efektivitas pengobatan.