Bantul (ANTARA) - Pemerintah Kelurahan Gilangharjo, Pandak, Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta bakal mengemas upacara nyadran atau tradisi masyarakat Jawa menyambut bulan Ramadhan menjadi sebuah agenda atraksi budaya yang menarik dikunjungi masyarakat untuk menonton.
"Nyadran itu upacara adat budaya, dan kita sudah membawa di dua tahun ini, tahun depan kita coba kemas sedikit dikit agar upacara adat budaya ini bisa menjadi sebuah agenda atraksi budaya," kata Ketua Badan Permusyawaratan Kelurahan (Bamuskal) Gilangharjo Bantul Muh Zainul Zain di Bantul, Minggu.
Menurut dia, jika pada jelang bulan puasa tahun 2025, tradisi nyadran di daerahnya dilaksanakan dengan kegiatan doa bagi para lelulur dilanjutkan pembagian berkatan, maka ke depan akan ditingkatkan adat budaya dengan kirab ingkung dari rumah kepala dusun menuju makam.
"Sehingga bisa menjadi sebuah agenda atraksi budaya yang berpotensi mengundang orang hadir untuk melihat. Ke depan akan kita tingkatkan budayanya, tidak ada duduk doa kemudian selesai, tapi ada kemasannya kirab ingkung," katanya.
Dia mengatakan terlebih dari tahun ke tahun ingkung yang dikumpulkan dari swadaya masyarakat untuk kegiatan nyadran tersebut selalu bertambah, yang pada nyadran kali ini terkumpul sebanyak 17 ingkung, yang kemudian dimakan bersama sama seluruh warga setempat.
"Ke depan ini betul betul menjadi sebuah atraksi adat budaya yang bisa mengais Dana Keistimewaan (Danais) di tahun berikutnya, karena sudah ada kegiatan, jadi ibarat kita mau menunjukkan prestasi ini sudah ada kegiatan, terlatih dan ini dianggarkan," katanya.
Dia berharap, pada tahun depan kegiatan nyadran bisa didukung dengan anggaran Danais Pemda DIY, sebagai bagian dari salah satu kegiatan Gilangharjo yang merupakan desa budaya di Bantul. Direncanakan ada 40 Ingkung yang dikirab dan dibawa panitia sebanyak 40 orang.
"Kita sudah punya rencana, dan sesuai pengalaman kebutuhan anggaran untuk agenda budaya kita tuangkan dalam RAB Desa. Swadaya masyarakat tetap jalan tapi tidak memberatkan dan sesuai kemampuan, ke depan suplai dari Danais ini yang kita harapkan," katanya.
Sementara itu, kepala dusun atau Dukuh Jodog Kelurahan Gilangharjo Bayu Yunarko mengatakan tradisi nyadran di wilayahnya tersebut selalu dilaksanakan setiap tahun jelang bulan Ramadhan, dan tanggalnya tidak berubah yakni pada seminggu jelang puasa.
"Ini untuk memudahkan bagi ahli waris di luar pedukuhan Jodog yang ingin mengikuti kegiatan nyadran karena biasanya mereka pulang dari luar kota," katanya.
Dia mengatakan, antusias masyarakat untuk mengikuti tradisi nyadran tersebut terus meningkat dari tahun ke tahun.
"Terbukti sedekah yang mereka berikan pun bertambah. Misal untuk ingkung ayam jika nyadran tahun lalu ada 10 ingkung pada nyadran tahun ini terkumpul 17 ingkung dari 17 orang warga," katanya.