Istanbul (ANTARA) - Pemerintah Amerika Serikat membuka kemungkinan untuk memperpanjang tenggat waktu perundingan tarif dagang hingga 1 September, bertepatan dengan Hari Buruh AS. Hal ini disampaikan langsung oleh Menteri Keuangan AS Scott Bessent, dalam wawancaranya dengan Fox News pada Jumat (28/6) waktu setempat.
Dalam pernyataannya, Bessent menjelaskan bahwa proses negosiasi dengan lebih dari selusin mitra dagang strategis belum mencapai titik final.
“Jika kami bisa menandatangani 10 atau 12 dari 18 perjanjian penting, dari total 38 mitra dagang utama – maka kami yakin bisa menyelesaikan semuanya sebelum Hari Buruh,” ujarnya.
Pernyataan Bessent diperkuat oleh Presiden AS Donald Trump, yang menegaskan bahwa tenggat waktu bersifat fleksibel. Dalam nada khasnya, Trump menuturkan,
"Kami bisa memperpanjangnya, atau memperpendeknya. Saya ingin menyelesaikannya secepat mungkin. Bahkan saya sempat berpikir, ‘Mengapa tidak langsung kirim surat ke semua orang: Selamat, Anda sekarang membayar 25 persen!’”
Hingga kini, satu-satunya perjanjian perdagangan yang benar-benar rampung adalah dengan Inggris. Sementara itu, negosiasi dengan China telah menghasilkan gencatan sementara, meski belum berbentuk kesepakatan final.
Baca juga: Trump geram media sebut AS bantu Iran
Namun ada angin segar dari Beijing. Pemerintah China pada Jumat sebelumnya mengumumkan akan kembali membuka keran ekspor mineral tanah jarang ke AS.
Bessent menyambut baik langkah tersebut dan menyebutnya sebagai sinyal positif bagi kelanjutan hubungan dagang kedua negara.
“Kami berharap arus impor bahan vital itu segera kembali mengalir ke AS,” ujarnya optimis.
Bessent juga mengungkapkan bahwa strategi keras Presiden Trump memberikan efek nyata. Dengan menyiapkan opsi kembalinya tarif tinggi seperti yang sempat berlaku pada 2 April lalu, AS kini berada di posisi tawar yang kuat.
Baca juga: "Wag the dog", Benjamin Netanyahu, gambaran perang Iran-Israel
“Negara-negara kini mulai datang kepada kami dengan penawaran yang sangat menarik,” imbuhnya.
Meski begitu, Bessent menegaskan bahwa perundingan tetap berlandaskan prinsip resiprokal dan kepentingan nasional.
Jika mitra dagang gagal memenuhi ekspektasi AS, Trump tidak segan kembali memberlakukan tarif yang lebih tinggi, kebijakan yang sebelumnya telah mengguncang pasar global.
Dengan tenggat baru yang masih bersifat tentatif, sorotan kini tertuju pada bagaimana AS akan mengelola dinamika perundingan yang krusial ini dalam beberapa minggu ke depan.
Sumber: Anadolu
Baca juga: Trump klaim Iran dan Israel sepakati gencatan senjata
Baca juga: Pejabat AS sebut Trump 'tidak ingin lanjutkan' serangan ke Iran
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: AS kemungkinan perpanjang perundingan tarif hingga 1 Sept
