Yogyakarta (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Daerah Istimewa Yogyakarta melaporkan hujan lebat disertai angin kencang yang melanda provinsi ini pada Selasa siang hingga sore mengakibatkan pohon tumbang hingga puluhan rumah tergenang.
Kepala Pelaksana BPBD DIY Noviar Rahmad dalam keterangan resminya di Yogyakarta, Selasa, menyebut cuaca ekstrem itu berlangsung pukul 11.00-16.00 WIB di mana sebelumnya BMKG Stasiun Meteorologi Yogyakarta enam kali mengeluarkan peringatan dini.
"Lokasi yang terdampak cuaca ekstrem meliputi Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman, dan Kabupaten Bantul," katanya.
Di Kota Yogyakarta, lima kemantren atau kecamatan terdampak, yakni Umbulharjo, Ngampilan, Gondokusuman, Kotagede, dan Jetis. Dampaknya meliputi satu warga mengalami luka sedang, dua pohon tumbang, satu rumah rusak, satu talud longsor, serta 90 unit rumah tergenang.
Di Sleman, ia mencatat pohon dan rumpun bambu tumbang menutup akses jalan Dusun Kemirikebo-Dusun Ngandong, Girikerto, Turi, sekaligus menimpa jaringan listrik.
Selain itu, sebuah baliho roboh di kawasan Depok, Sleman hingga menimpa jaringan listrik dan kendaraan. "Beberapa ruas jalan terdampak banjir luapan," ujar dia.
Berikutnya, di Kabupaten Bantul, BPBD mencatat satu pohon tumbang yang menutup akses jalan.
Menurut Noviar, penanganan telah dilakukan dengan melibatkan BPBD, pemerintah kalurahan, TNI/Polri, instansi terkait, komunitas relawan, serta warga masyarakat.
"Upaya penanganan meliputi asesmen, pemotongan dan pembersihan, serta koordinasi dengan pihak terkait," terangnya.
Dinas Pekerjaan Umum Perumahan dan Kawasan Permukiman (DPUPKP) Kota Yogyakarta mencatat enam titik genangan di wilayah Kota Yogyakarta.
Kepala Bidang Sumber Daya Air dan Drainase DPUPKP Kota Yogyakarta Rahmawan Kurniadi menyebut enam titik genangan terpantau di Kampung Iromejan, Jalan Ipda Tut Harsono, Jalan Parangtritis selatan, Jalan Batikan, Jalan Kusbini, dan Jalan Atmosukarto, Kota Yogyakarta.
Menurut dia, genangan tersebut dipicu kombinasi hujan berintensitas tinggi dalam waktu cukup lama sekitar dua jam, inlet yang tertutup sampah atau jumlahnya kurang memadai.
"Sumbatan sampah di saluran air hujan, serta kapasitas saluran yang belum mencukupi," kata dia.
Sebelumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebut hujan lebat yang mengguyur DIY pada Selasa dipicu oleh fenomena Madden Julian Oscillation (MJO) di Samudera Hindia.
Analis Cuaca Stasiun Meteorologi BMKG Yogyakarta Slamet menyebut fenomena MJO diperkirakan berlangsung hingga 21 Agustus 2025.
Dengan fenomena itu, massa udara dari Samudra Hindia sebelah timur Afrika bergerak menuju wilayah Indonesia sehingga memicu peningkatan potensi uap air.
"Pergerakan massa udara dari Samudra Hindia sebelah timur Afrika berbondong-bondong ke wilayah Indonesia sehingga menambah potensi uap air di Indonesia," katanya.
