Gizi inklusi, saatnya pikirkan MBG anak berkebutuhan khusus

id MBG,makan bergizi gratis,ABK,anak berkebutuhan khusus,digitalisasi MBG

Gizi inklusi, saatnya pikirkan MBG anak berkebutuhan khusus

Seorang guru mengarahkan murid berkebutuhan khusus sebelum menyantap makanan saat pelaksanaan makanan bergizi gratis (MBG) di Sekolah Khusus Negeri 01 Tangsel, Pondok Kacang, Tangerang Selatan, Banten, Senin (28/4/2025). ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal/rwa.

Jakarta (ANTARA) - Program makan bergizi gratis (MBG) perlu dirancang lebih inklusif agar anak-anak berkebutuhan khusus pun bisa mendapatkan hak gizi yang aman dan setara.

Sebab di tengah perhatian publik yang kerap berfokus pada pendidikan dan akses layanan kesehatan, kebutuhan akan makanan sehat dan aman bagi kelompok ini sering kali terpinggirkan.

Padahal, bagi anak-anak dengan kebutuhan khusus, asupan makanan yang tepat bukan sekadar soal kenyang, melainkan bagian penting dari tumbuh kembang dan kesehatan jangka panjang mereka.

Kesadaran inilah yang melatarbelakangi lahirnya kolaborasi antara Yayasan Inklusi Pelita Bangsa (YIPB) dalam melakukan inspeksi berkala guna menjamin standar keamanan program MBG sebagai bentuk tanggung jawab sosial perusahaan bagi anak-anak berkebutuhan khusus di Banten.

Baca juga: UU dan Perpres MBG dipersiapkan untuk tata kelola berkelanjutan

Program ini dijalankan sebagai bagian dari kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan dan telah berjalan sejak April 2025. Pendekatannya cukup berbeda dari banyak program serupa karena menempatkan pengawasan, keamanan pangan, dan transparansi digital sebagai pilar utama dalam penyelenggaraan.

Saat ini, program tersebut menjangkau 18 sekolah khusus, baik negeri maupun swasta, di lima wilayah Banten, yaitu Kota Tangerang Selatan, Kota Tangerang, Kabupaten Tangerang, Kota Serang, dan Kota Cilegon.

Sebanyak 12 pelaku usaha kecil menengah di daerah tersebut terlibat dalam penyediaan makanan untuk lebih dari dua ribu siswa dan guru. Mereka bukan hanya menerima pesanan, tetapi juga dibimbing dan diawasi agar memenuhi standar kebersihan, gizi, dan keamanan pangan yang ketat.

Program itu berjalan bersama mitra pemerintah daerah secara rutin yang melakukan inspeksi lapangan untuk memastikan seluruh proses berjalan sesuai prosedur.

Baca juga: Menkes: Layanan aduan terintegrasi mempercepat penanganan keracunan MBG

Inspeksi dilakukan di dapur mitra usaha, termasuk di Omah Kulina yang menjadi salah satu penyedia makanan, serta di sejumlah sekolah penerima manfaat seperti Sekolah Khusus Assalam 01 dan 02.

Selain itu, kegiatan juga dilanjutkan ke pusat pemantauan program berbasis teknologi yang berfungsi untuk mengawasi proses distribusi secara real-time.

Pengawasan Ketat

Pengawasan ketat menjadi hal penting karena banyak anak berkebutuhan khusus memiliki pantangan atau sensitivitas terhadap jenis makanan tertentu.

Kesalahan kecil dalam penyediaan makanan bisa berdampak besar terhadap kesehatan mereka. Karena itu, program ini dirancang dengan sistem end-to-end, mulai dari pengadaan bahan, proses pengolahan, hingga distribusi, semuanya tercatat dan dapat dipantau secara digital.

Baca juga: Anggota DPR serukan pentingnya seluruh pihak sukseskan Program MBG

Pewarta :
Editor: Nur Istibsaroh
COPYRIGHT © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.