Sleman (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta berkomitmen untuk terus mengupayakan percepatan penurunan stunting melalui kolaborasi dengan berbagai pihak.
"Pemkab Sleman terus mengupayakan percepatan penurunan angka stunting dengan meluncurkan inovasi serta gerakan pencegahan stunting," kata Wakil Bupati Sleman Danang Maharsa di Sleman, Rabu.
Menurut dia, inovasi tersebut yakni Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting (Genting) yang diluncurkan di Kalurahan (setingkat desa) Harjobinangun, Kapanewon (Kecamatan) Pakem pada Oktober 2025.
"Program ini mengajak masyarakat bergotong royong dengan menjadi orang tua asuh yang memberikan nutrisi tambahan kepada keluarga berisiko stunting (KRS)," katanya.
Selain itu juga ada inovasi Kerja Sama Masyarakat untuk Pencegahan Stunting (Kenceng) yang diluncurkan di Kapanewon Turi pada September 2025 guna memperkuat koordinasi lintas sektor dalam meningkatkan kualitas intervensi gizi.
Sebelumnya Danang Maharsa yang juga merupakan Ketua Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Kabupaten Sleman hadir dalam forum koordinasi percepatan penurunan stunting tingkat Daerah istimewa Yogyakarta (DIY) tahun 2025 di Caturtunggal, Depok, Sleman.
Acara yang diadakan Kantor Perwakilan Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Kemendukbangga)/BKKBN DIY ini bertujuan untuk meningkatkan stabilitas dan kolaborasi para pemangku kepentingan dan para pemitra pada program percepatan penurunan stunting di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Kegiatan ini dihadiri Ketua TPPS kabupaten/kota se-DIY, OPD terkait se-DIY, Tim Penggerak PKK dan pemangku kepentingan lainnya.
Kepala Perwakilan Kemendukbangga/BKKBN DIY Mohamad Iqbal Apriansyah mengatakan guna mendorong percepatan target penurunan stunting secara nasional sebesar 18 persen pada 2025, TPPS kabupaten/kota diharap untuk secara aktif meningkatkan koordinasi antar organisasi, perangkat daerah provinsi dan kabupaten/kota.
"Kabupaten/kota juga diharapkan untuk meningkatkan alokasi anggaran terkait intervensi gizi spesifik dan sensitif serta mempercepat belanja bantuan khusus untuk percepatan penurunan stunting," katanya.
Menurut dia, kolaborasi semua pihak melibatkan pemerintah dan unsur-unsur lain seperti akademisi, masyarakat dan lini usaha yang menunjukkan hasil positif pada 2025.
"Berdasarkan data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2024, DIY tercatat prevalensi stunting sebesar 17,4 persen. Angka tersebut mengalami penurunan sebesar 0,6 persen dibanding tahun sebelumnya yaitu di angka 18 persen," katanya.
Ia berharap dengan kolaborasi bisa memunculkan kembali strategi, inovasi dan sinergisitas lima unsur pentahelix pemerintah, swasta, perguruan tinggi, media massa, dan juga masyarakat yang bahu membahu dalam pergerakan gotong royong untuk percepatan penurunan stunting di DIY.
