Yogyakarta (ANTARA) - Manajemen Talenta Nasional (MTN) Seni Budaya yang dikelola oleh Kementerian Kebudayaan menghadirkan sesi percakapan mendalam bertajuk "Write, Camera, Action! Plot Twists in Adaptation", di Jogja Expo Eenter (JEC), Minggu (30/11).
Percakapan mendalam tersebut membahas tentang bagaimana karya sastra dan budaya menjelma menjadi karya audiovisual yang kuat dan relevan. Percakapan mendalam tersebut menghadirkan pembicara Dee Lestari, Reda Gaudiamo, dan Felix K. Nesi, dengan Aan Mansyur sebagai moderator.
Program ini dirancang untuk menghubungkan talenta dengan peluang pengembangan kapasitas dan akses pasar, baik nasional maupun internasional. Melalui kehadirannya di JAFF Market, MTN Market memperkuat perannya sebagai ruang strategis untuk memperluas wawasan kreator, membuka jejaring profesional, dan memperkokoh posisi talenta Indonesia dalam industri kreatif global.
Salah satu pembicara, Dee Lestari mengatakan, seorang penulis penting untuk merelakan karyanya dialihwahanakan dan diinterpretasikan ulang oleh kreator yang berbeda.
"Kadang-kadang ya penulis sebagaimana seniman pada umumnya untuk memproteksi karyanya. Tapi kita harus memahami bahwa alih wahana itu adalah dua medium atau beberapa medium berbeda-beda, dengan perlakuan dan pendekatan berbeda-beda dan kedewasaan kita sebagai seniman sangat dibutuhkan dalam proses adaptasi," katanya.
Dee mengungkapkan, adaptasi bagi penulis yang dibutuhkan adalah audio visual dalam bentuk film, serial, dan lainnya.
"Rata-rata film dan serial adalah format yang digemari dan populer saat ini," kata penulis Aroma Karsa ini.
Hal senada juga diungkapkan oleh Felix K. Nesi, penulis skenario film Pangku. Ia menjelaskan, sebelumnya dia adalah penulis novel yang terbiasa bekerja sendirian.
"Orang yang terbiasa bekerja sendirian kadang agak susah untuk berkolaborasi. Hal-hal seperti ini perlu belajar saat mulai bekerja kolaborasi. Menulis sendiri di kamar itu berbeda dengan menulis untuk film," ujarnya.
Felix menambahkan, pergeseran perspektif kerap terjadi ketika sutradara dan aktor mulai bekerja.
"Ketika perspektif baru muncul, cerita ikut berkembang. Tantangannya adalah menjaga arah tanpa kehilangan esensi," ujarnya.
Sementara penulis buku Na Willa, Reda Gaudiamo mengungkapkan, keberhasilan adaptasi terletak pada kemampuan penulis dan tim produksi mempertahankan inti cerita sekaligus menyesuaikan kebutuhan visual.
"Ada hal yang harus tetap menjadi jiwa cerita, dan ada bagian yang perlu diolah ulang supaya hidup di medium baru," katanya.
Dalam sesi talkshow, ketiga pembicara juga menggambarkan emosi ketika melihat karakter fiksi menjelma menjadi sosok nyata di set produksi, sambil meluruskan sejumlah mitos umum tentang adaptasi.
Contoh-contoh film dari adaptasi novel yang disebutkan oleh pembicara antara lain Rapijali, Aroma Karsa, Na Willa, dan Pangku semakin memperkaya gambaran bahwa adaptasi bukan sekadar memindahkan cerita antar-medium, melainkan proses merumuskan ulang cara sebuah kisah dihayati.
Sebagai pasar film terkemuka di Asia, JAFF Market mempertemukan para profesional industri, pencerita, dan pemimpin kreatif untuk bersama-sama membentuk masa depan sinema.
Melalui rangkaian presentasi proyek, showcase IP, jejaring strategis, dan diskusi berbasis kebutuhan pasar, JAFF Market menjadi wadah dinamis bagi terciptanya koneksi bermakna dan kolaborasi berdampak, sekaligus mendorong penguatan ekosistem perfilman di kawasan.
