Yogyakarta (ANTARA) - Dinas Kebudayaan (Dikbud) Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta menyelenggarakan kegiatan "Dodol, Dolan, dan Dolanan (Dodolanan) 2025 sebagai sarana pelestarian dolanan tradisional yang menjadi ikon-ikon khas kelurahan se-DIY di GOR Among Rogo Yogyakarta.
Kegiatan pameran dan pasar produk lokal hingga kompetisi permainan tradisional ini dibuka Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi DIY Dian Lakshmi Pratiwi pada Jumat malam.
Dia mengatakan bahwa Dodolanan menjadi platform strategis merawat keberagaman budaya sekaligus memperkenalkan kembali permainan tradisional kepada generasi muda.
Menurut dia, Dodolanan hadir bukan sekadar ruang hiburan, tetapi sebagai upaya menjaga, merawat, dan mengembangkan kelestarian budaya di tingkat kelurahan.
"Semua unsur budaya dari pameran, dolanan, hingga produk lokal dirangkai menjadi ruang rekreasi keluarga yang penuh edukasi," katanya.
Dia menyebut bahwa permainan tradisional memiliki peran signifikan dalam pembentukan karakter generasi muda.
"Permainan tradisional memberi ruang bagi generasi muda untuk membangun karakter. Di dalamnya ada nilai kebersamaan, sportivitas, dan kreativitas yang sangat relevan dengan tantangan zaman sekarang," katanya.
Staf Ahli Bidang Sosial, Budaya dan Kemasyarakatan Gubernur DIY Didik Wardaya menegaskan pentingnya dolanan tradisional sebagai instrumen pembelajaran sosial.
"Gobak sodor, jamuran dan berbagai dolanan tradisional mengajarkan disiplin, kebersamaan, dan ketangkasan membaca situasi. Nilai-nilai seperti inilah yang penting bagi generasi sekarang," katanya.
Ia mengatakan keberlanjutan budaya hanya dapat terjaga melalui keterlibatan aktif masyarakat.
"Ketika warga berkumpul, bergerak bersama, dan saling memberi ruang, di situlah budaya menjadi hidup dan bertumbuh," katanya.
Didik juga menekankan komitmen pemerintah daerah dalam memperkuat fasilitasi pelaku budaya.
"Estafet budaya harus berjalan. Kreator muda, kelompok seni, dan kelurahan budaya adalah tulang punggung keberlanjutan kebudayaan di DIY," katanya.
