Jakarta (ANTARA) - Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Wamendikdasmen) Atip Latipulhayat menekankan seluruh unit pelaksana teknis (UPT) dapat mendukung implementasi program Makan Bergizi Gratis (MBG) di daerah karena dapat memperkuat karakter dan praktik baik di lingkungan sekolah.
“Program ini (harus) menjadi sebuah kultur, sebuah ekosistem, dan sebuah Gerakan Pendidikan Lokal untuk mewujudkan Pendidikan Bermutu untuk Semua. Tugas kita di tahun 2026 bukan lagi hanya mengimplementasikan, tetapi menginstitusionalkan Program Makan Bergizi Gratis kita bertransformasi dari sekadar pelaku program menjadi perumus strategi dampak yang berani dan terukur,” kata Wamendikdasmen Atip di Jakarta pada Kamis.
Implementasi MBG, kata dia, dapat dilihat sebagai upaya transformasi pendidikan di Indonesia.
Ia menilai penerapannya wajib diadvokasi, didampingi, dan diinternalisasi oleh UPT di setiap provinsi karena program MBG menyentuh dua hal penting.
Pertama ialah gizi sebagai kurikulum karakter karena makan bersama, dengan menu yang bergizi, bukanlah sekadar pengisian energi, tetapi merupakan pembelajaran karakter yang paling fundamental.
“Saat anak-anak makan bersama, mereka belajar nilai kedisiplinan dan tanggung jawab seperti mengantre, mencuci tangan, menghabiskan makanan, dan menjaga kebersihan. Selain itu, mereka juga belajar nilai gotong royong dan bermasyarakat seperti berbagi meja, saling menjaga, dan memahami pentingnya pangan bagi sesama,” katanya.
Pada kesempatan itu pula, Atip mendorong seluruh UPT untuk memastikan Tim Pendampingan di lapangan tidak hanya fokus pada menu dan logistik, tetapi juga pada integrasi edukasi gizi dan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) ke dalam kurikulum dengan pendekatan pembelajaran yang mendalam.
“Libatkan guru-guru dalam setiap aktivitas perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler yang menjadikan kesehatan dan gizi sebagai tema sentral. Kita harus mencetak generasi yang cerdas secara kognitif, tetapi juga sadar gizi seumur hidup,” ujarnya.
Kedua, ia mengatakan MBG melibatkan UPT sebagai Pusat Keunggulan Kemitraan (CoE) Sinergi. UPT di 34 Provinsi adalah simpul-simpul strategis yang menghubungkan kebijakan pusat dengan realitas daerah.
“Keberhasilan MBG sangat bergantung pada kemampuan Bapak/Ibu membangun sinergi horizontal dan Vertikal secara sempurna,” kata Atip.
Secara vertikal, ia mengingatkan UPT wajib menjadi konsultan kebijakan bagi pemerintah daerah (pemda).
Sementara itu secara horizontal, program MBG memiliki dimensi yang sangat luas, mulai dari kesehatan, pertanian, hingga ekonomi lokal.
“Saya sampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh panitia yang telah bekerja keras dan cermat dalam menyelenggarakan Rakor ini. Seluruh rangkaian kegiatan berjalan lancar, tertib, dan menghasilkan dokumen strategis yang sangat vital. Marilah kita kembali ke daerah masing-masing dengan membawa semangat baru 'Mengubah Gizi menjadi Prestasi, Mengubah Program menjadi Budaya',” kata Atip.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Wamendikdasmen: Penerapan MBG perkuat karakter-praktik baik di sekolah
