Bantul (ANTARA) - Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X menyarankan masyarakat kelompok tani di semua kabupaten provinsi ini memilih atau memisahkan bulir jagung dari tongkolnya sebelum dijemur di bawah sinar matahari agar proses pengeringan maksimal.
"Petani itu sering maunya cepat dijual barangnya, mestinya kalau setelah panen menunggu agak kering atau apapun silahkan saja, tapi mestinya pilih dulu jagungnya," kata Sri Sultan saat pengarahan pada kegiatan penanaman jagung di Dusun Klaras, Kelurahan Canden, Kabupaten Bantul, DIY, Sabtu.
Menurut dia, perlunya melakukan pemilihan jagung setelah dipanen itu karena sebagian besar petani tidak memiliki pemanas dan memahami proses jemur jagung, sehingga tergantung dengan paparan sinar matahari.
"Jadi, kalau pilih itu cepat kering, tapi kalau pemanasan lewat matahari tongkol jagung masih ada, itu yang luar kering yang dekat tongkol itu masih belum kering, akhirnya busuk, akhirnya diapkir dan harganya lebih murah," katanya.
Oleh karena itu, Sri Sultan menyarankan biarpun jagung dijemur di bawah sinar matahari, petani harus rajin memilih jagung, dan tongkol jagung ditinggal, dengan harapan keringnya bisa seratus persen.
"Sehingga tidak ada barang yang busuk, kalau busuk karena masih agak basah petani sendiri yang rugi harganya. Jadi pesan saya itu, karena masih banyak yang diapkir karena kondisi tongkol ikut dipanasi yang mestinya dipilih, itu prinsipnya," katanya.
Lebih lanjut Gubernur DIY mengatakan, dari kegiatan penanaman jagung itu sekarang ini hasil panennya jarang untuk dikonsumsi masyarakat, melainkan untuk makanan ternak, namun tetap harus memenuhi standar tertentu.
"Sering kita ini lupa atau tidak memahami, kalau impor kita ini besar sekali, sehingga dengan tanaman yang makin luas di dalam negeri akan menghemat devisa karena produktivitasnya lebih bagus, tapi harus memenuhi standar tertentu, dan standar tertentu itu sebetulnya mudah," katanya.
Dalam kesempatan tersebut, Gubernur DIY mendampingi Kapolri Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo secara simbolis melakukan penanaman jagung dalam mendukung program swasembada pangan pemerintah. Di wilayah tersebut, disediakan lima hektare lahan yang merupakan tanah kas desa.