Industri kerajinan patung primitif Bantul berkurang

id harga patung primitif

Industri kerajinan patung primitif Bantul berkurang

Patung primitif yang dihasilkan perajin Pucung, Bantul, DIY (Foto ANTARA/Sidik)

Bantul (ANTARA Jogja) - Jumlah industri kerajinan kecil patung primitif di sentra kerajinan Pucung, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, selama sepuluh tahun terakhir terus berkurang.

Salah seorang perajin patung primitif di Pucung, Bantul, yang masih aktif, Purnomo, Jumat, mengatakan sejak daerahnya dikenal sebagai sentra pada 1987, dan berkembang pesat pada 1997, jumlah industri kerajinan ini mencapai 60 rumah tangga.

"Mulai berkembang pesat dan jaya-jayanya sesudah krisis moneter (krismon) pada 1997, karena hampir semua rumah di pinggir sepanjang jalan ini memproduksi kerajinan, namun sejak 2002 mulai berkurang dan saat ini hanya ada sepuluh industri kerajinan," kata dia.

Ia yang juga sebagai salah satu pengurus Paguyuban perajin patung setempat mengatakan, berkurangnya jumlah industri kerajinan ini disebabkan karena terbentur persaingan pasar global sehingga permintaan barang atau order dari buyer besar menurun, dan berdampak pada pendapatan perajin.

"Kemungkinan orderan berkurang, soalnya saat ini yang paling penting bisa menjaga kualitas barang karena persaingan pasar global sangat ketat, kalau misalnya barang kurang kompetitif maka susah dijual disana," katanya.

Menurut dia, perajin patung yang menghentikan produksinya rata-rata sebagai suplier barang atau memproduksi kerajinan untuk memenuhi orderan jika permintaan buyer besar hingga melebihi kapasitas produksi terhadap perajin yang dipesan.

"Biasanya mereka ini tidak memiliki pasar sendiri, jadi kalau order turun maka tidak ada produksi, berbeda kalau yang sudah mempunyai pasar sendiri meskipun permintaan menurun tetap bisa dikerjakan," katanya.

Pemilik sanggar kerajinan "Bayu Handicraft" yang sudah memproduksi kerajinan sejak sepuluh tahun lebih ini mengaku telah memiliki sejumlah buyer di berbagai daerah di Indonesia dan eksportir di Bali yang rutin tiap bulan memesan.

Dengan pelanggan itu, kata dia usahanya bisa terus bertahan sampai saat ini, bahkan dalam setiap bulan bisa menjual hingga 2.000 buah patung ke berbagai daerah seperti ke Jakarta, Medan dan Papua serta ke Turki dan Iran melalui eksportir.

Ia menyebutkan, berbagai barang kerajinan berbahan baku kayu mahoni di produksi dalam berbagai ukuran mulai dari patung dengan tinggi 10 sampai 30 sentimeter atau patung mini, namun ada juga yang sampai setinggi satu meter.

Kerajinan patung primitif itu dijual mulai dari Rp10.000 sampai Rp500.000 per buah tergantung ukuran dan tingkat kesulitan dalam membuat patung. "Namun rata-rata yang paling laku patung kecil-kecil, kalau yang besar paling sebulan hanya 20 buah yang terjual," katanya.

(T.KR-HRI)


Editor: Heru Jarot Cahyono
COPYRIGHT © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.