Gajah Sumatera mati di PKG Riau

id gajah sumatera mati

Gajah Sumatera mati di  PKG Riau

ilustrasi Gajah Sumatera mati (( antaranews.com))

Pekanbaru (Antara Jogja) - Gajah Sumatera liar yang direlokasi dari Kabupaten Rokan Hulu akhirnya mati di Pusat Konservasi Gajah (PKG) Minas di Provinsi Riau.

"Kami sudah mengupayakan yang terbaik, namun ketika diperiksa ternyata denyut nadi dan nafasnya tidak ada lagi," kata Kepala PKG Minas, Azwar Habidina kepada Antara, Kamis.

Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau merelokasi gajah Sumatera liar itu dari Rokan Hulu dan tiba di PKG Minas pada Minggu (30/12).

Azwar mengatakan gajah berkelamin betina yang diperkirakan berumur 20 tahun itu mati pada Rabu (1/1) sekitar pukul 19.35 WIB.

Pihak BBKSDA telah melakukan otopsi tak lama setelah kematian. Otopsi dilakukan di alam terbuka dengan sebelumnya menyeret bangkai gajah itu sejauh 500 meter dengan mobil.

Menurut dia, dugaan sementara  gajah pernah sakit parah dan kondisi badannya termasuk mengalami obesitas.

"Kemudian diperparah dengan evakuasi yang memang menggunakan bius karena kinerja organ pasti melambat," ujarnya.

Dalam kondisi normal, lanjutnya, bius terhadap satwa biasanya hanya bertahan 15 jam tapi gajah itu kondisinya lebih parah. Pihak PKG sempat terpaksa memberi minum terhadap gajah dengan menyiramnya, dan memasangkan infus.

"Ini juga akan menjadi evaluasi bagi kementerian dan pemerintah daerah bahwa evakuasi juga beresiko karena awalnya ingin menyelamatkan tapi malah memperparah kondisi gajah yang berakibat pada kematian," katanya.

Kepala BBKSDA Riau Kemal Amas sempat mengatakan relokasi Gajah Sumatera (elephas maximus sumatranus) liar dari Kabupaten Rokan Hulu ke PKG di Kabupaten Siak atas permintaan Bupati Rokan Hulu Achmad.

Rokan Hulu memiliki satu kantong gajah yang menjadi habitatnya, namun kondisi hutan disana sudah rusak berganti jadi kebun kelapa sawit dan permukiman.

"Ada empat gajah sesuai permintaan Bupati Rohul," kata dia.

(F012)
Pewarta :
Editor: Heru Jarot Cahyono
COPYRIGHT © ANTARA 2024