Jogja (Antara Jogja) - Tim Geologi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta melakukan mitigasi kondisi geologi Waduk Sempor terkait dengan gempa bumi yang terjadi di Kebumen, Jawa Tengah, Sabtu (25/1).
"Mitigasi dilakukan karena kekuatan gempa 6,5 SR itu dikhawatirkan menyebabkan perubahan struktur bangunan Waduk Sempor dan longsornya lereng di sekitar waduk yang sewaktu-waktu bisa menyebabkan jebolnya waduk," kata Ketua Tim Geologi UGM Dwikorita Karnawati di Yogyakarta, Senin.
Menurut dia, tim memantau dampak gempa bumi itu apakah menyebabkan pola gerakan tanah atau menyebabkan perubahan stuktur bangunan Waduk Sempor yang selesai dibangun pada 1978.
"Hasil pemantauan menunjukkan kondisi permukaan fisik waduk memang dalam kondisi normal, karena tidak ditemukan retakan atau rembesan air di dinding bangunan, tetapi direkomendasikan perlu diuji kekuatan struktur bangunan yang membutuhkan alat dan teknologi khusus," katanya.
Ia mengatakan keberadaan batuan beku yang secara alami ada di sekitar dinding penyanggah bangunan Waduk Sempor memperkuat ketahanan bangunan waduk, bahkan batuan itu juga yang bisa mengantisipasi aplifikasi dari gelombang gempa. Batuan kompak, keras, dan masif mampu meredam getaran gempa.
Namun, kata dia, dilihat dari sisi lereng yang menjadi pembatas pada saluran pelimpahan air atau "spillway" ditemukan kondisi lereng mengalami perubahan gerakan tanah.
"Ada retak deformasi di sekitar tanggul penahan tebing di saluran pelimpahan air. Kemungkinan ada gangguan kestabilan batuan pada lereng yang ada di atasnya," katanya.
Menurut dia, keretakan pada tanggul penahan lereng itu disebabkan lereng yang ada di sekitar "spillway" tidak dilengkapi saluran drainase, sehingga air rembesan lereng menyebabkan kerusakan struktur bangunan tanggul.
Jika dibiarkan akan menyebabkan perubahan gerakan tanah pada daerah lereng, sehingga memberikan tambahan tekanan pada bangunan bendungan. Di sekitar lereng Waduk Sempor itu dulu merupakan zona longsor purba yang bisa teraktivasi kembali yang bisa dipicu hujan deras.
"Hal itu dibuktikan dengan banyaknya bongkahan batu besar ada di atas lereng," kata Guru Besar Fakultas Teknik UGM itu.
Bahkan, kata dia, di sebelah utara waduk juga terdapat lereng dengan elevasi yang sangat curam yang di atasnya terdapat "boulder" yang sewaktu-waktu bisa runtuh dengan jarak luncur 180,7 meter, sedangkan di kaki lereng adalah jalan penghubung Kebumen dan Banjarnegara.
"Kami menyarankan drainase air di sekitar lereng segera diatur, dan batu-batu yang mau runtuh dikuatkan," katanya.
(B015)
Berita Lainnya
Menurun, aktivitas erupsi Gunung Ruang, Sulut
Senin, 22 April 2024 8:29 Wib
Warga Tagulandang di radius bahaya erupsi Gunung Ruang, Sulut, dievakuasi
Sabtu, 20 April 2024 6:39 Wib
Gunung Ruang di Kabupaten Kepulauan Sitaro, Sulut, meletus
Rabu, 17 April 2024 5:42 Wib
Pakar Geologi UGM sebut Selat Muria tidak akan muncul kembali imbas banjir
Senin, 25 Maret 2024 20:43 Wib
Perkuat gempa di Banten, endapan kuarter dan batuan tersier
Senin, 26 Februari 2024 11:58 Wib
Delapan gunung api di Indonesia erupsi 66.197 kali
Senin, 15 Januari 2024 18:01 Wib
PVMBG pantau 24 jam peningkatan aktivitas gunung api di Indonesia
Rabu, 6 Desember 2023 2:03 Wib
Badan Geologi Kementerian ESDM teliti gunung api bawah laut Indonesia
Kamis, 16 November 2023 7:39 Wib